title : Sasuke
author :Meg-Kecil
cast : Sanada Yukimura as Yukimura, Kasuga as Kasuga, Sarutobi Sasuke as Sasuke, Takeda Shingen as Oyakatasama
genre : family, supernatural
disclaimer : I just write the story
Oyakatasama
pernah berkata, mungkin aku adalah orang yang tidak pernah kesepian di dunia
ini, karena bahkan saat aku lahir pun, aku tidak sendirian. Namaku Yukimura dan
aku memiliki saudara kembar, Sasuke namanya.
Sudah ku duga,
pagi ini pun Oyakatasama duduk di depan altar itu, altar yang disusun
sedemikian rupa dengan foto seorang anak remaja laki-laki yang nampak seumuran
dengan ku, tetapi senyum nya membuatnya nampak lebih dewasa. Sasuke, meskipun
kami kembar tapi tidak ada yang begitu persis di antara kami. Mungkin Sasuke
nampak terlihat lebih dewasa dari ku, karena sakit nya, Sasuke tumbuh menjadi
anak laki-laki yang lebih menghargai hidup nya.
“Oi, Yukimura”
begitu fokus ia mendo’akan jiwa Sasuke dihadapan altarnya, Oyakatasama nampak
baru menyadari keberadaan ku di depan pintu ruangan itu. “Selamat.. ulang tahun!
” kata Oyakatasama dari tempat duduknya. Wajah nya nampak mencoba untuk tegar,
meski matanya menampakkan betapa ia berusaha untuk tidak menangis. Hari ini
adalah ulang tahun ku, ulang tahun Sasuke juga dan tepat 10 hari setelah
kepergiannya kembali ke Maha Pencipta.
“Terima kasih”
jawab ku singkat. Oyakatasama beranjak dari tempat duduknya dan keluar ruangan.
Sekilas ia menepuk pundak ku. Aku hanya diam dan menatap lurus ke arah bingkai
foto Sasuke dan sedikit membisikkan namanya.
Oyakatasama
pernah berkata, mungkin aku adalah orang yang tidak pernah kesepian di dunia
ini, karena bahkan saat aku lahir pun, aku tidak sendirian. Namaku Yukimura dan
aku memiliki saudara kembar, Sasuke namanya. Benar kata oyakatasama, aku adalah
orang yang tidak pernah kesepian bahkan setelah kepergian Sasuke, karena Sasuke
tidak benar-benar pergi.
“Ini sudah hari
ke-10” gerutu ku. Seorang remaja laki-laki berambut gondrong sebahu berwarna
kecoklatan duduk berjongkok di samping ku, kedua tangannya ia topang lurus di
atas lututnya, pandangannya nampak menerawang ke arah pintu masuk area atap.
“Apa kau tidak kasihan melihat Oyakatasama yang selalu mendo’akan ketenangan
jiwa mu?” Sasuke hanya diam dan terlihat menghela nafas, sebenarnya aku tidak
tahu, bagaimana bisa Sasuke yang sekarang hanya seonggok jiwa tanpa raga itu
dapat menghela nafas, yang ku tau sekarang ia sudah lebih bebas dibandingkan
semasa ia hidup dulu, yang bahkan terkadang untuk bernafas pun sulit karena
penyakitnya. Aku menoleh ke belakang, ke arah di mana Sasuke begitu lekat
menatap dari tadi, pintu masuk area atap, beberapa siswa lain mulai banyak berdatangan
dengan membawa bekal makan siang mereka, ada pula yang tidak membawa apapun,
hanya sekedar mencari angin atau berkumpul dengan teman-teman nya. Aku kembali
menatap ke arah halaman sekolah yang dapat terlihat jelas dari sini dan
mengurangi ‘obrolan’ ku bersama Sasuke, yang tidak pernah satu kali pun bicara
semenjak ia telah menjadi jiwa tanpa raga itu, atau orang lain akan menganggap
ku gila karena bicara sendirian. Aku tidak pernah menyangka sebelumnya kalau
aku dapat melihat sosok Sasuke seperti ini. Terakhir kali ku ingat bahwa aku
adalah orang biasa yang tidak pernah dapat melihat hantu atau makhluk
sejenisnya, atau mungkin karena aku dan Sasuke kembar dan ikatan kami begitu
erat sehingga ia dapat terlihat oleh ku saja yang bahkan Oyakatasama pun tidak
dapat menyadari kehadiran nya? Entahlah.
Pantulan sinar
matahari siang menjelang sore itu membuat air sungai di bawah jembatan jalan
menuju rumah begitu berkilauan. Sekilas teringat masa kecil ku bersama Sasuke
yang sering berburu ikan-ikan kecil di sana atau bahkan hanya sekedar
tidur-tiduran sepulang sekolah, membaui wangi rumput hijau yang menjadi kesukaan
kami berdua.
Langkahku
terhenti ketika melihat sesosok gadis dengan rambut pendek kuning pucat tetapi
panjang pada sedikit bagian sisi kanan-kiri nya, gadis yang selalu ku dengar
nama nya setiap Sasuke bercerita tentang apa yang membuatnya bahagia hari-hari
nya. “Kasuga?” sapa ku pada Gadis dengan wajah yang terkadang membuat orang
salah paham mengiranya adalah gadis antagonis namun sebenarnya memiliki
kepribadian yang unik itu.
Terdiam sejenak
aku di depan pintu, sedikit berpikir bagaimana reaksi Oyakatasama melihat ku
membawa seorang gadis ke rumah.
“Aku pulang”
salam ku begitu memasuki rumah. Tak lama kemudian Oyakatasama muncul dari dalam
rumah.
“O, kau sudah
pulang, Yukimura?” tanya Oyakatasama. Sedikit terkejut ia menatap Kasuga yang
kemudian menundukkan badannya.
“Baik Yukimura maupun Sasuke tidak pernah
membawa pulang teman-teman nya, ku kira mereka tidak punya teman, syukurlah
kalau aku salah” Oyakatasama membuka pembicaraan makan malam hari itu.
Oyakatasama ternyata mempersiapkan perayaan ulang tahun ku (dan Sasuke) dengan
memasak beberapa masakan untuk makan malam. Sebenarnya Kasuga berkata ada
sesuatu yang ingin ia bicarakan, entah tentang apa, aku tidak pernah merasa aku
atau Sasuke memiliki sesuatu yang membuat Kasuga harus meluangkan waktu nya
untuk berkunjung ke kediaman kami. Tetapi Oyakatasama meminta untuk kami makan
malam sebentar sebelum membicarakan hal yang nampaknya akan menjadi pembicaraan
serius ini. Sesekali aku menatap Kasuga yang nampak tidak nyaman, seperti
banyak sekali hal yang ia pikirkan. Dan ku rasa, baru kali ini aku melihat
wajah Kasuga dari jarak sedekat ini, ia duduk di samping ku. Aku
mengerti kenapa Sasuke jatuh cinta pada gadis ini, meski aku tidak pernah tau
bagaimana sebenarnya hubungan keduanya.
“A! Kasuga-kun,
tidak usah dibantu, kau kan tamu, biar Yukimura dan aku yang membereskan ini
semua” larang Oyakatasama ketika melihat Kasuga mengangkat piring nya setelah
makan dan membawa nya ke tempat cuci piring. Aku mencoba mengambil piring dari
tangan Kasuga, tetapi Kasuga menolak dan bersikeras untuk membantu mencuci piring, dan akhirnya
Oyakatasama membiarkannya membantu.
Setelah semuanya
beres, kami bertiga kembali berkumpul untuk mendengarkan apa yang membawa
Kasuga ke kediaman kami, berkumpul di samping altar Sasuke, karena Kasuga
bilang ia ingin membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan saudara kembar ku
itu. Aku melempar pandangan ku ke sekeliling ruangan, tapi aku tak menemui
sosok Sasuke.
“Aku… sedang
mengandung anak Sasuke”
Singkat, padat
dan sangat jelas. Kata-kata itu membuat ku dan Oyakatasama tercengang. Jantung
ku berdetak sangat cepat! Seolah mengetahui alasan kenapa Sasuke menjadi jiwa
yang tidak tenang setelah ia mati! Aku menatap ke arah Oyakatasama yang nampak
sangat terkejut dan memegangi kepalanya, pengakuan ini membuatnya banyak
berpikir.
“Sasuke..!”
Oyakatasama mendongakkan kepalanya, menelan ludahnya dan menekan pangkal
hidungnya. Kebiasaan Oyakatasama sejak dulu untuk menahan agar air matanya
tidak keluar saat ia sedih tapi tidak ingin kelihatan oleh ku dan Sasuke. Kemudian
ia beranjak dari tempat duduk nya, perlahan meraih pundak Kasuga dan membawa
nya dalam pelukan hangat Oyakatasama. Sesaat kemudian aku melihat linangan air
mata di pipi Kasuga dalam pelukan Oyakatasama. Aku mengerti kesedihan itu,
kesedihan Oyakatasama yang merasa bersalah kepada Kasuga karena salah satu anak
nya telah meninggalkan kekasih nya yang tengah mengandung cucu nya kelak, juga
kesedihan Kasuga. Aku tau Sasuke menyukai Kasuga, tetapi aku tak pernah melihat
Kasuga membalas etikat baik saudara kembar ku itu hingga aku tidak pernah
menyangka hubungan mereka ternyata sudah sejauh ini, tetapi air mata Kasuga
cukup membuat dada ku sesak dan yakin bahwa perasaannya yang begitu mencintai
Sasuke hanya dia yang tahu dan orang lain tidak, bahkan saudara kembar Sasuke
sendiri, aku, tidak tau.
Stasiun.
Oyakatasama memintaku untuk mengantar Kasuga pulang. Sepanjang jalan begitu
sepi, tidak ada pembicaraan baik dari ku, maupun Kasuga. Meskipun satu sekolah,
kami beda kelas dan aku tidak begitu kenal dengan gadis yang sering jadi
perhatian siswa laki-laki ini. Beruntung Sasuke mendapatkan nya.
“Apa kau akan
datang ke sekolah besok?” tanya ku saat Kasuga telah melewati pintu tiket
stasiun, aku dan Kasuga terpisah oleh mesin tiket masuk.
“Ku rasa aku
tidak akan datang ke sekolah lagi” kata Kasuga. Ia kemudian meletakkan tangan
di atas perutnya, sedikit mengelus dan tersenyum. Tapi aku tidak tau apa arti
senyuman itu, entah senyum bahagia atau senyum kesedihan. Kasuga menundukkan
badannya sedikit, pamit, sebelum pergi melangkah lebih jauh dan memasuki keretanya dan
membawa nya pulang ke rumah.
Ku hentikan
langkah ku ketika melihat seorang remaja berambut kecoklatan gondrong sebahu terlihat
tengah bersandar di tiang listrik lampu jalan. Sasuke, dia baru muncul setelah
semua kejadian tadi sore. Atau selama ini ia ada, hanya aku saja yang baru bisa
melihatnya lagi.
“Apa kau telah
mengetahui ini semua?” tanya ku. Malam itu sepi, tidak perlu khawatir orang
lain memergoki ku bicara sendirian. “Kenapa kau tidak pernah bercerita padaku?”
“Sejak kapan kau dengan Kasuga?” “Kenapa kau melakukan itu kepada Kasuga?
Kenapa kau meninggalkannya?!”
Kalap. Begitu
banyak pertanyaan-pertanyaan di kepalaku, tapi Sasuke tak kunjung bicara pada
ku. Aku berhenti bertanya karena tiba-tiba seorang polisi dengan sepedanya,
lewat dan berhenti tak jauh dari tempat ku berdiri. “Kau baik-baik saja?” tanya
polisi itu sambil menunjukku dengan tongkat polisinya. Dan kemudian Sasuke
hilang dari pandangan ku.
“Sasuke ! !”
9 bulan berlalu
sejak saat itu. Sasuke masih sering menampakkan jiwa nya, di kelas di
bangkunya, di jendela kamar kami, duduk memandang ke arah jalan seperti yang
biasa ia lakukan semasa hidup, bahkan di samping Kasuga saat ia berkunjung ke
rumah. Iya, seperti janjinya, Kasuga sesekali datang berkunjung ke rumah kami
dan Oyakatasama begitu senang akan kehadirannya. Oyakatasama, ia sangat
menyayangi Kasuga dan memperhatikan kehamilan Ibu dari anak Sasuke itu.
Sesekali Oyakatasama mengantarkan Kasuga cek kehamilan dan lain sebagainya,
Kasuga kini benar-benar menjadi bagian dari keluarga kami. Dan aku, aku masih
tidak mengerti apa yang harus aku lakukan.
Di tengah lamunan
ku, di tengah jam pelajaran, ponsel ku bergetar. “Oyakatasama?” kemudian aku
menerima telpon itu dalam tundukkan kepala ku. Sesaat kemudian aku terperangah,
mengambil tas ku buru-buru keluar dari kelas, tidak peduli teriakan guru yang
sedang mengajar di depan kelas, aku berlari sekuat tenaga, menuju rumah sakit
universitas yang tidak begitu jauh dari sekolah.
“Oya..!” lari ku
terhenti di salah satu ruangan di rumah sakit. Aku melihat sosok Oyakatasama
yang sedang menggendong bayi mungil dengan selimut putih yang membalut tubuh kecil manusia yang
baru lahir itu. Perlahan aku mendekati Oyakatasama yang kemudian menyerahkan
anak Kasuga dan Sasuke itu kepada ku. “Sasuke..” bisik ku. Aku kemudian menatap
ke arah Kasuga yang masih terlihat kepayahan, dan menatap ku dengan air mata
dan sesenggukkan. Aku yakin kali ini air matanya adalah air mata kebahagiaan. “Sasuke
!” teriak ku. Oyakatasama, begitupula Kasuga nampak terkejut saat mendengar
teriakkan ku. Aku membuangan pandangan ku ke sekeliling ruangan, dan menemukan
sosok Sasuke di depan pintu, menyenderkan badannya dengan melipat tangan di
dada. Sasuke nampak tersenyum lebar, menghela nafas kemudian mendekati ku yang
sedang menggendong bayi kecil nya. Sasuke kemudian nampak mengelus kepala bayi
nya, meski tak tersentuh karena mereka berada di dunia yang berbeda.
“Aku serahkan
semuanya padamu, Yukimura” Mendengar suara Sasuke, akhirnya setelah selama ini
Sasuke hanya berbentuk penampakkan jiwa tanpa raga “Kau juga, menyukai Kasuga
kan?” tanpa sadar aku meneteskan air mata ku. Sasuke kemudian membalikkan
badannya.
“Sasuke…” panggil
ku. Sasuke melangkah keluar tanpa menoleh, hanya mengangkat tangan kanan nya
dan sedikit melambaikan tangan dan perlahan menghilang. “Sasuke ! !” aku tak
dapat bergerak melainkan menangis dan membiarkan air mata ku jatuh di pipi anak
nya bersama Kasuga, Kasuga yang aku sukai selama ini.
Oyakatasama
pernah berkata, mungkin aku adalah orang yang tidak pernah kesepian di dunia
ini, karena bahkan saat aku lahir pun, aku tidak sendirian. Namaku Yukimura dan
aku memiliki saudara kembar, Sasuke namanya. Begitu juga Sasuke, ia juga menjadi
orang yang tidak pernah kesepian di dunia ini, karena saat ia lahir, ia tidak sendirian, ia bersama ku, bahkan sekarang ini setelah ia pergi, ada Oyakatasama, dan
juga Kasuga, yang selalu menyayanginya.
“Sasuke !”
Panggil Kasuga.
“Iyaaa”
Satu lagi orang
yang selalu menyayangi nya. Sasuke, anak nya bersama Kasuga yang diberi nama
sama dengannya, karena bagi kami, keberadaannya membuat seolah-olah Sasuke
terlahir kembali ke dunia ini.
The End