Sabtu, 19 Juli 2014

just an another story

akhirnya aku wisuda, yah sudah satu bulan yang lalu sih, tapi yang mau ku ceritakan hari ini adalah hari-hari sebelum hari itu

sebenarnya wisuda aku kemarin hasil dari penantian selama 1 semester yang ngambang tanpa status loh.
kenapa? karena sebenarnya aku sudah menyelesaikan semua urusan ku, skripsi ku sudah di jilid, sudah di bagikan ke semua dosen, sudah di kumpul di panitia skripsi, nilai skripsi ku pun sudah keluar, sudah ada di kartu hasil studi, sudah mengumpulkan berkas-berkas ke panitia yudisium, bahkan  namaku sudah di catat dalam daftar mahasiswa yudisium II TAPI sidang skripsi ku sebelumnya terlambat 3 hari dari jadwal hari terakhir maju sidang untuk mahasiswa-mahasiswa yang mau ikut yudisium II

aku tau betul kapan seharusnya hari terakhir sidang itu, tapi karena suatu hal, sidang ku kemudian ditetapkan 3 hari dari tanggal itu dan jelas ada saja keraguan apakah aku bisa ikut yudisium II atau tidak. tapi selalul ada kata "coba aja dulu"

well seperti yang udah aku bilang sebelumnya, aku sudah melengkapi syarat-syarat, semua syarat-syarat untuk yudisium, hari itu aku duduk di depan kantor program studi karena di sana dosen-dosen sedang rapat. aku tidak tau rapat masalah apa tapi katanya salah satunya adalah membahas tentang masalah ku ini.

aku duduk di situ sampai dosen pembimbing ku keluar dan menyatakan bahwa dari keputusan semua dosen aku tidak bisa ikut yudisium II karena memang itu peraturannya, yang tidak bisa menyelesaikan sidang dalam waktu yang ditetapkan tidak bisa ikut yudisium. dan kemudian aku nangis sejadi-jadinya. sejadi-jadinya. se-jadi-jadi-nya. itu adalah momen paling memalukan (LoL) nangis di hadapan dosen pembimbing di depan program studi diliatin adek-adek tingkat sama kawan-kawan yang mencoba membesarkan hatiku. tapi tetap aja kalau ingat itu aku geli sendiri, dasar cengeng ! memalukaaaan ! x'D

oh ya hari sebelum itu aku juga nangis, nangis terus aku haha. sendirian, di kantin yang tutup. aku sampai di sms temen aku nanyain aku kenapa. waktu itu aku sama dia papasan di depan toilet dan kayaknya dia liat aku yang udah kacau karna waktu itu aku ditelpon bapak ku dan aku nggak sanggup bilang kemungkinan aku nggak bisa ikut yudisium padahal kata bapak ku kalo nggak bisa nggak apa-apa yang penting semua urusan sudah beres dan tinggal menunggu.

Yak sebenarnya alasan aku menangisi ke-tertunda-an yudisium dan wisuda ku itu bukan karena peraturan yang seolah tidak adil, melainkan aku inget gimana orang tua aku juga sangat mengharapkan kelulusan itu dan aku rasanya sudah mengecewakan mereka gitu. aku inget banget habis maju sidang aku di telpon bapak aku pas aku bilang akuudah selesai sidang bapak aku bilang "ya bapak bangga sama kamu". well, kata2 itu terngiang2 terus saat dosen pembimbing aku bilang aku nggak bisa lulus. kata-kata itu lah yang sebenarnya bikin aku gak bisa berhenti nangis.

banyak sekali support dari kawan-kawan seangkatan ku saat mendengar kabar ku itu. aku benar-benar merasa aku sangat diperhatikan. salah satu kawan ku merekomdendasikan aku untuk mengadukan hal ini ke dekan bahkan ke rektorat ! maksudnya meminta keringanan karena saat itu aku kan hanya terlambat 3 hari tapi aku harus menunggu 1 semester untuk lulus.

aku dihadapkan dengan 2 pilihan. Menunggu atau Mengadu ke Dekan/Rektorat. Menunggu dan mengambil hikmah atau Mengadu dan mengambil resiko.

akhirnya aku berkata kepada kawan ku itu

aku akan menunggu, ini semua pasti ada hikmahnya meskipun mungkin suatu hari nanti aku menyesal atas keputusan ku. aku sangat berterima kasih atas perhatian mu

aku lupa, tapi kurang lebih begitu xD

akhirnya aku menunggu dan setiap hari rasanya seperti menerka-nerka, skenario ini pasti akan sangat menarik sekali meskipun aku sempat berpikir mungkin kalau aku lompat dari jembatan skenario itu akan lebih drama (LoL)


tapi akhirnya aku wisuda. dan itu melegakan. aku wisuda bareng dua kakak tingkat ku, bareng sama saudara aku di keguruan, aku juga melihat kawan-kawan SMA dan SMP ku di acara wisuda. itu pengalaman yang luar biasa meskipun aku harus nya bisa datang ke ANICULT di Surabaya tapi ternyata aku tidak bisa karena masalah ini huhuhuhuhuhuuuuu~



skarang









aku nganggur


ZzzzzZZZzzz (  -_______-)

Jumat, 11 Juli 2014

The Mortal Instruments : City of Ashes


sebenarnya sudah agak lama beli buku ini, tapi karena kemarin2 belinya barengan sama novel sherlock dan novelnya agatha christie, aku memutuskan untuk membaca keduanya terlebih dahulu sementara novel ini dibaca mamaku. iya, hebatkan mamaku juga membaca seri mortal instrument looh...

karena mamaku sudah selesai membaca (dikasih spoiler pulak, hyaah), aku juga sudah selesai membaca novel agatha nya dan sebenarnya belum selesai baca sherlock tapi aku tidak bisa menahan diri untuk melanjutkan membaca seri ini, aku semacam kangen sama Jace, jadi aku mulai membacanya mungkin baru beberapa hari yang lalu

mau bikin snopsis kayak postingan City Of Bones ini, tapi saat menulis blog ini, aku bahkan belum membaca sampai setengahnya, haahahahaaa

iya, mau sedikit membahas saja, di City Of Ashes ceritanya semakin seruu ! sedikit berbeda dari CoB, CoA ini (sejauh yang aku baca) lebih menceritakan masalahnya Jace sementara di CoB kan fokus ke ceritanya Clary.

Masalah Jace muncul saat Maryse Lightwood (mamanya Alec sama Isabelle) datang dan mulai berpikir bahwa Jace memiliki kemungkinan bersekutu dengan Valentine meskipun Jace menyangkalnya. Untuk mengetahui kebenarannya Maryse kemudian menghubungi seorang Inkuisitor yaitu Imogen Herondale untuk melakukan persidangan menggunakan Pedang Jiwa / Pedang Mortal yaitu Instrumen kedua selain Piala Mortal, yang digunakan untuk menentukan apakan seorang Pemburu Bayangan berbohong atau tidak. Namun sebelum dilakukan persidangan Jace kemudian di tahan di penjara Kota Hening.

ternyata ! entah ini adalah skenario dari Valentine atau bukan, saat Jace terpenjara dalam gelap dan sepinya penjara Kota Hening, Valentine datang dan berbuat semakin keji sampai membunuh para Saudara Hening untuk merebut Pedang Jiwa tersebut !

YAK !

saya baru baca segitu haaaaahahahahaaa *pletakk
sebenernya pengen nyeritain lengkap tapi takut spoiler.. atau semua sudah baca ini??? aah tidaak !

selalu menyenangkan membaca seri ini, karena dari novel ini aku merasa dibebaskan untuk berkhayal, dan aku suka itu.  aku suka sekali cara Cassandra Clare menulis dialog dalam cerita2nya, seperti bagaimana Simon dan Clary menceritakan tentang game dan anime, atau saat Simon, Clary dan Luke makan pizza bertiga rasanya aku bisa membayangkan aku duduk bersama mereka dan makan pinggiran pizza bersama Simon (LoL), bagamana ia menggambarkan penjara Kota Hening dan gambaran-gambaran tempat lainnya.. aku jadi tidak sabar menunggu film keduanya !
terkadang Cassandra Clare juga memasukkan hal-hal yang terkadang membuatku berpikir 'hal yang seperti itu tidak perlu dibahas' tetapi justru rasanya dialog itu penting untuk mencairkan suasana diantara dialog-dialog tegang antar tokohnya seperti saat Inkuisitor Herondale yang menganalogikan Jace seperti anak Burung Culik-Culik yang besar tapi Jace pikir Inkuisitor Herondale menyebutnya gendut dan Jace menyangkal bahwa dia tidak gendut (LoL).

mulai sekarang aku harus menabung untuk membeli seri berikutnya :D





PS : aku ga sadar Magnus udah sedekat itukah dengan Alec sampai dipanggil 'sayangku'? (  ;O AO)a