Rabu, 07 September 2011

[fanfic] Sengoku Basara Fanfiction - I Can't Escape!!


kode title : [fanfic]
title : Sengoku Basara Fanfcition - I Can't Escape!!
music : nope 

title : I Can't Escape!!

author : Meg Kecil

starring : Masamune Date, Itsuki, Chosokabe Motochika, Takeda Shingen

chapter : oneshot

genre : romance

disclaimer : the real owner, father of all Sengoku Basara's chara.. Capcom...

special thanks : once again, zerochan.net, the place where i got the imagination


Itsuki membuka matanya perlahan, sinar matahari pagi masuk melalui celah-celah jendela kamarnya membuat matanya agak silau. Itsuki nampak tersentak kaget saat menyadari dirinya tertidur di tempat yang asing bagi dirinya, sampai akhirnya dia menyadari bahwa sebenarnya dia benar-benar berada di tempat tidur nya sendiri, lebih tepatnya tempat tidur nya yang baru di apartemennya yang baru juga. Itsuki tersenyum geli, merasa betapa bodohnya ia. Itsuki merenggangkan kedua tangannya tinggi-tinggi lalu melepaskan pandangan nya ke seluruh sudut kamar, masih kosong, hanya sebuah koper kecil miliknya, yang tergeletak di samping buffet kayu sederhana.”Balkon!” kata Itsuki segera beranjak dari tempat tidurnya lalu keluar menuju balkon sekedar untuk menghirup udara segar. Sesaat kemudian raut wajahnya berubah, teringat apa alasan yang membawanya sampai kemari. Perjodohan! Jaman macam apa ini masih ada perjodohan? “Lagipula aku kan masih 17 tahun…” keluh Itsuki sambil meletakkan dagu nya di lipatan tangannya yang ia letakkan di atas besi pembatas balkon, dengan pandangan menerawang ke arah jalan kecil di depan apartemen barunya itu. Ayahnya Itsuki, Takeda Shingen, adalah seorang pengusaha kaya dengan karyawan yang jumlahnya puluhan ribu. Shingen berkata pada Itsuki bahwa ia akan ditunangkan dengan salah satu dari karyawan Ayah nya itu. Tentu saja Itsuki menolak, sebagai seorang gadis berumur 17 tahun, mana mau Itsuki memiliki tunangan seorang Salary man dan bayangkan perbedaan umur mereka?! Itsuki tidak ingin membiarkan hal itu terjadi, dan itulah mengapa sekarang ia berada di apartemen kecil ini, apartemen yang jauh dari kediamannya, dengan kata lain, Itsuki kabur dari rumah.

“Jpaarr!!” “Gyaa!!” Suara yang cukup keras dari balkon sebelah membuat Itsuki tersadar dari lamunannya dan spontan berteriak. “Ah! Maaf, apa kau baik-baik saja?” tiba-tiba terdengar suara pria dari balik tembok pembatas balkon. “Iiya, aku baik-baik saja. Aku hanya terkejut” kata Itsuki sambil memegangi dadanya yang berdegup kencang karena masih kaget. “Maafkan aku, aku sedang merapikan kemeja ku” kata pria itu kemudian. “Iya, tidak apa-apa” kata Itsuki. Itsuki yang penasaran mendekati tembok pembatas balkon kemudian melongokkan kepalanya sampai-sampai balkon kamar apartemen sebelah dapat ia lihat dengan jelas, begitu pula dengan pria yang menggunakan tanktop putih dan celana denim hitam yang terlihat sedang menjemur pakaian itu. Sontak wajah Itsuki memerah, apalagi ketika pria itu tiba-tiba berbalik dan memergoki Itsuki yang terlihat seperti sedang mengintip itu. “A! A…. Halo.. Aku.. Aku Itsuki, aku baru saja pindah ke sini, kau tetangga ya? Halo Pak!” kata Itsuki nampak panik. Hening sesaat. “Hai Itsuki” kata pria itu tanpa ekspresi, lalu ia masuk kembali ke apartemennya. Itsuki manyun, hanya itu saja? pikirnya. Ia menarik kembali badannya. “Hanya itu saja?” gerutunya lagi. Ia menaikkan bahunya, bingung sendiri sebenarnya apa yang ia harapkan dari pria itu selain sapaan singkat seperti yang barusan ia lakukan.

Keesokan harinya, Itsuki yang baru saja keluar dari konbini, ia melihat pria tetangga itu melintas, kali ini mengenakan jas yang rapi. “Ah? Pak Tetangga!” panggil Itsuki spontan. Pria itu menoleh dan menemukan Itsuki tersenyum cengengesan ke arahnya. sejurus kemudian mereka berjalan bersama menuju ke apartemen mereka. “Panggil saja aku Masamune” kata pria itu memecah keheningan. Itsuki menoleh ke arah pria itu. “Oh.. Masamune-san?” kata Itsuki. Masamune,pria tetangga itu, tanpa memberikan respon, matanya lurus ke depan. Itsuki manyun. “Kau, salaryman?” tanya Itsuki. “Ah” jawab Masamune membenarkan. Itsuki mendengus, “Lari dari salaryman, ketemu salaryman”, gerutunya. Masamune menoleh ke arah gadis kecil yang berjalan di sampingnya. Itsuki kemudian menoleh sampai akhirnya mereka bertemu pandang. “Eh?!” kata Itsuki langsung memalingkan wajahnya yang memerah. Masamune terdengar mendengus. Ia kemudian mengelus kepala Itsuki kemudian berjalan lebih cepat. Itsuki yang terkejut, memberhentikan langkahnya dan hanya bisa melihat punggung Masamune yang semakin lama semakin jauh dan tibadi apartemen nya lebih dulu. “Kenapa? Aku kan bukan anak kecil” gerutu Itsuki sambil memegangi kepalanya, Masamune membuat wajahnya memerah.

Itsuki menarik bangku kecil yang tadinya ada di belakang pintu, ke arah balkon dan lebih dekat ke pagar pembatas ke arah jalan. Sebelah tangannya memegang segelas cokelat panas kesukaannya. Ini adalah entah hari keberapa dia dalam pelarian, namun tak habis pikir Itsuki memikirkan, orang tuanya sama sekali tidak mencari nya? Ataukah apartemen ini begitu terpencil sampai-sampai ia sulit ditemukan? “Buat apa aku memikirkan itu, aku kan sedang kabur dari rumah” gerutu Itsuki sambil meminum cokelat panasnya. Pandangan Itsuki tersita dengan sebuah kepulan asap tipis daribalkon sebelah. Itsuki meletakkan gelasnya di atas kursi kemudian ia mendekati tembok pembatas balkon dan melongokan kepalanya. Masamune terlihat menggunakan setelan jersey biru sambil merokok dan entah melihat apa ke arah jalan. “Selamat malam, Masamune-san!” kata Itsuki. Masamune melepaskan rokok dari mulutnya lalu mematikannya ke dalam sebuah asbak kayu. “Kau belum tidur?” tanya Masamune. Itsuki terdiam sejenak, tertegun dengan pertanyaan itu. “Ini kan baru jam 9” kata Itsuki manyun. “Tidak baik anak kecil tidur terlalu malam” kata Masamune sambil beranjak dari kursi nya. “Hey! Aku ini 17 tahun!” kata Itsuki sewot. Masamune tidak memberikan respon, ia masuk begitu saja kembali ke dalam apartemennya dan mengunci pintu. “Dasar orangtua!” kata Itsuki sambil menarik kembali badannya.

Itsuki menutup mulutnya rapat-rapat. Ia berada di lorong sempit diantara gedung toko roti dan konbini yang sering ia kunjungi. Beberapa orang bawahan ayahnya terlihat di sekitar situ dan dia berusaha bersembunyi agar tidak ditemukan. Perlahan Itsuki keluar dari lorong itu dan kabur melalui jalan belakang. Yang ada dipikirannya saat ini adalah lari secepatnya agar bisa kembali ke apartemen sebelum ditemukan oleh orang-orang itu. Tiba-tiba “Brukk!!” Itsuki menabrak seorang pejalan kaki yang nampak seperti seorang salaryman. “Masamune-san!?” kata Itsuki yang menyadari bahwa orang yang barusan ia  tabrak punggungnya itu adalah tetangganya. “Apa yang terjadi?” tanya Masamune saat melihat Itsuki nampak ngos-ngosan dengan bawaan sebuah kantong plastik putih besar dari konbini. Itsuki menoleh, bawahan ayahnya terlihat sedang menyisir setiap orang yang lewat. Itsuki yang panik tanpa pikir panjang membuka kedua ikatan rambutnya dan membiarkan rambutnya yang biru muda hampir putih itu tergerai, dan memeluk Masamune!! “Hey!!” protes Masamune. “Lindungi aku tolong!!” kata Itsuki sambil menyembunyikan wajahnya di balik tubuh Masamune. Masamune melihat ke sekelilingnya dan terlihat orang-orang mulai memandangi mereka dengan tatapan aneh. Sementara tak jauh dari sana ada beberapa orang dengan jas dan kacamata hitam yang terlihat sedang mencari sesuatu, atau seseorang. “Apa mereka mencari mu?” bisik Masamune, ia melihat Itsuki mengangguk. Saat orang-orang berjas hitam itu semakin dekat, Masamune kemudian memeluk Itsuki sampai akhirnya mereka berlalu dan menyerah, kemudian masuk ke dalam mobil dan pergi. “Mereka sudah pergi” kata Masamune sambil melepaskan tangan Itsuki yang melingkar di pinggangnya. “Terima kasih” kata Itsuki sambil mengusap wajahnya yang basah. Masamune terkejut, anak ini menangis? batinnya. “Apa yang terjadi?” tanya Masamune. “Aku kabur dari rumah” jawab Itsuki singkat. Itsuki kemudian hendak mengambil kantong belanjaannya yang ia letakkan di sampingnya. Namun Masamune mencegahnya. “Biar aku saja yang bawa” kata Masamune sambil memegang tangan Itsuki. Ia lalu mengambil kantong belanjaan Itsuki untuk dia bawa lalu ia menggenggam tangan Itsuki yang mungil. “Kita pulang” kata Masamune kemudian. “Iya” kata Itsuki terisak.

Sebuah kedai minuman kecil. 2 orang pria salaryman tengah melepas letih di sana. Salah seorangnya adalah Masamune dan yang lainnya adalah Motochika, teman satu kantor dari Masamune. “Dasar pedophile, hahaha” kata Motochika sambil tertawa keras, sepertinya ia mulai mabuk. Motochika baru saja cerita kalau ia melihat Masamune sedang berpelukan dengan seorang anak kecil beberapa waktu yang lalu. Anak kecil yang di maksud adalah Itsuki. Masamune menjelaskan semuanya tetapi Motochika tetap saja menggodanya. “Dia itu 17 tahun” kata Masamune. “Dan kau 32?! Gadis itu separuh dari umur mu, hahahaha” kata Motochika. Masamune mendengus. “Oh ya, ku dengar kau bertunangan? Apa jadinya kalau tunangan mu tau kau pedhopile? haha” kata Motochika terus menggerutu. “Tunangan ku pergi sebelum tau aku pedhopile” kata Masamune sambil meminum sake nya dalam sekali tenggak. “Tapi aku tidak pedhopile!” protes Masamune, sepertinya ia juga sudah mulai mabuk. “Ngomong-ngomong, kau tau? Anak Shingen kabur dari rumah! Hahaha aku dengar itu” kata Motochika sambil beranjak lalu sempoyongan memberikan uang lalu keluar dari kedai. Begitupula Masamune. “Tentu saja aku tau! Sudah ku bilang kan tunangan ku pergi? Anak Shingen itu akan ditunangkan dengan ku” kata Masamune. Motochika menoleh ke arah Masamune. “Ahaha, kau tau Masamune, anak Shingen itu 17 tahun! Bagaimana dia tidak kabur kalau dia akan ditunangkan denga laki-laki 32 tahun?” kata Motochika. “Jangan-jangan gadis yang kau bilang itu anak Shingen?” gerutu Motochika sambil tertawa terbata-bata. Masamune menghentikan langkahnya. Terbayang wajah Itsuki di pikirannya.

Itsuki buru-buru beranjak dari tempat tidurnya saat terdengar seseorang menggedor-gedor kamar apartemennya dan meneriakkan namanya. “Masamune-san?” tanya Itsuki saat melihat Masamune berdiri di depan pintunya. “Bau sake!” kata Itsuki sambil menutup hidungnya. Sadar Masamune mabuk, Itsuki yang menjadi ketakutan menutup pintunya, tetapi berhasil di tahan oleh Masamune yang malah menarik tangannya dan menyeretnya keluar. “Tunggu! Lepaskan!” teriak Itsuki panik. Masamune melepaskan genggamannya, lalu menatap gadis itu. “Siapa kau sebenarnya?” tanya Masamune dengan tatapan mata yang tajam. “Aku…” kata Itsuki ketakutan. “Kenapa kau kabur dari rumah?” tanya Masamune lagi. Itsuki menggeleng. Masamune berdecak lalu menyandarkan dirinya di dinding lalu terduduk. “Tunangan ku adalah anak dari bos ku, orang kaya yang memiliki perusahaan besar…” kata Masamune sambil memegangi kepalanya yang pusing. Itsuki mendekati Masamune. “Masamune-san, kau mabuk” kata Itsuki sambil memegang pundak Masamune, Itsuki tidak ingin Masamune menceritakan masalah pribadinya saat ia tengah mabuk, Itsuki merasa ia tidak harus mendengarkan itu. “Tapi dia kabur dari rumahnya saat kami harus bertemu pertama kalinya…” lanjut Masamune sambil menepis tangan Itsuki dari pundaknya. Itsuki tersentak, antara kaget dengan tepisan dari Masamune, dan juga cerita yang baru saja diucapkan olehnya. “Katanya dia gadis 17 tahun… Bodoh! Pantas saja dia kabur… Salaryman tua seperti ku tidak pantas… Untuk gadis 17 tahun anak orang kaya…” Masamune berusaha berdiri. Melihat itu Itsuki berusaha membantu, tetapi lagi-lagi Masamune menepis tangannya. “Masamune-san.. Aku…” kata Itsuki dengan wajah yang sedih. “Pulanglah putri Shingen” sempoyongan Masamune berjalan menuju pintu kamar apartemennya “Kau tidak seharusnya bertemu dengan seorang Salaryman saat kau menghindari Salaryman” gerutu Masamune saat meninggalkan Itsuki yang sedang galau.

Masamune membuka matanya perlahan, baru ia sadari dirinya tertidur di atas sofa. Saat  mendengar sebuah ketukan kecil di pintu kamar apartemennya, sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing, Masamune beranjak dari sofa tempatnya tidur dan membukakan pintu. “Kau?” tanya Masamune saat melihat Itsuki berdiri tegap di depan pintu kamarnya dengan sebuah koper kecil disampingnya. Masamune hanya mengkerutkan keningnya. “Aku akan pulang!” kata Itsuki manyun. Masamune tersentak. “Kali ini aku tidak akan kabur, dan harus ku pastikan Pak Tetangga datang ke rumah ku!” kata Itsuki sambil menunjuk ke arah Masamune, setelah mengatakan itu, wajah Itsuki malah memerah. Masamune hanya diam, lebih tepatnya terkejut. “Aku pulang!” kata Itsuki sambil melambaikan tangannya, lalu berbalik dan menarik koper kecilnya. Tanpa pikir panjang, Masamune menarik tubuh kecil Itsuki ke dalam pelukannya, dan memeluknya dari belakang dengan erat. “Ma.. Masamune-san!” kata Itsuki sedikit meronta, wajahnya merah padam. “Biarkan sebentar dulu” bisik Masamune. Mendengar itu Itsuki berhenti meronta, malah memegangi tangan Masamune dan rasanya tidak ingin membiarkan Masamune melepaskan pelukannya itu. “Aku suka Masamune-san” kata Itsuki kemudian. “Tapi aku Salaryman dan tua” kata Masamune. “Tidak apa-apa, lagipula kau tidak setua ayahku” kata Itsuki sambil mengelus tangan Masamune. Masamune melepaskan pelukannya, Itsuki membalikkan badannya dan menatap pria itu. Masamune kemudian tersenyum lembut begitupula dengan Itsuki. “Kau pulang dengan ku saja” kata Masamune sambil menarik koper kecil milik Itsuki ke dalam apartemennya. Itsuki terdiam di depan pintu. “Kau tidak mau masuk?” tanya Masamune saat menyadari Itsuki masih berada di luar. “Mau!!” kata Itsuki sambil mengangguk tegas lalu masuk ke kamar apartemen Masamune dan menutup pintunya. “Bagaimana aku bilang ke Pak Boss?” tanya Masamune, suaranya terdengar dari luar kamar. “Serahkan saja padaku!” kata Itsuki kemudian.





FIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar