kode title : [fanfic]
title : Sengoku Basara Fanfcition - I Can't Escape!!
music : nope
title : I Can't Escape!!
author : Meg Kecil
starring : Masamune Date, Itsuki, Chosokabe Motochika, Takeda Shingen
chapter : oneshot
genre : romance
disclaimer : the real owner, father of all Sengoku Basara's chara.. Capcom...
author : Meg Kecil
starring : Masamune Date, Itsuki, Chosokabe Motochika, Takeda Shingen
chapter : oneshot
genre : romance
disclaimer : the real owner, father of all Sengoku Basara's chara.. Capcom...
special thanks : once again, zerochan.net, the place where i got the imagination
Itsuki membuka matanya perlahan,
sinar matahari pagi masuk melalui celah-celah jendela kamarnya membuat matanya
agak silau. Itsuki nampak tersentak kaget saat menyadari dirinya tertidur di
tempat yang asing bagi dirinya, sampai akhirnya dia menyadari bahwa sebenarnya
dia benar-benar berada di tempat tidur nya sendiri, lebih tepatnya tempat tidur
nya yang baru di apartemennya yang baru juga. Itsuki tersenyum geli, merasa betapa
bodohnya ia. Itsuki merenggangkan kedua tangannya tinggi-tinggi lalu melepaskan
pandangan nya ke seluruh sudut kamar, masih kosong, hanya sebuah koper kecil
miliknya, yang tergeletak di samping buffet kayu sederhana.”Balkon!” kata
Itsuki segera beranjak dari tempat tidurnya lalu keluar menuju balkon sekedar
untuk menghirup udara segar. Sesaat kemudian raut wajahnya berubah, teringat
apa alasan yang membawanya sampai kemari. Perjodohan! Jaman macam apa ini masih
ada perjodohan? “Lagipula aku kan masih 17 tahun…” keluh Itsuki sambil
meletakkan dagu nya di lipatan tangannya yang ia letakkan di atas besi pembatas
balkon, dengan pandangan menerawang ke arah jalan kecil di depan apartemen
barunya itu. Ayahnya Itsuki, Takeda Shingen, adalah seorang pengusaha kaya
dengan karyawan yang jumlahnya puluhan ribu. Shingen berkata pada Itsuki bahwa
ia akan ditunangkan dengan salah satu dari karyawan Ayah nya itu. Tentu saja
Itsuki menolak, sebagai seorang gadis berumur 17 tahun, mana mau Itsuki
memiliki tunangan seorang Salary man dan bayangkan perbedaan umur mereka?! Itsuki
tidak ingin membiarkan hal itu terjadi, dan itulah mengapa sekarang ia berada
di apartemen kecil ini, apartemen yang jauh dari kediamannya, dengan kata lain,
Itsuki kabur dari rumah.
“Jpaarr!!” “Gyaa!!” Suara yang
cukup keras dari balkon sebelah membuat Itsuki tersadar dari lamunannya dan
spontan berteriak. “Ah! Maaf, apa kau baik-baik saja?” tiba-tiba terdengar
suara pria dari balik tembok pembatas balkon. “Iiya, aku baik-baik saja. Aku
hanya terkejut” kata Itsuki sambil memegangi dadanya yang berdegup kencang
karena masih kaget. “Maafkan aku, aku sedang merapikan kemeja ku” kata pria itu
kemudian. “Iya, tidak apa-apa” kata Itsuki. Itsuki yang penasaran mendekati
tembok pembatas balkon kemudian melongokkan kepalanya sampai-sampai balkon
kamar apartemen sebelah dapat ia lihat dengan jelas, begitu pula dengan pria
yang menggunakan tanktop putih dan celana denim hitam yang terlihat sedang
menjemur pakaian itu. Sontak wajah Itsuki memerah, apalagi ketika pria itu
tiba-tiba berbalik dan memergoki Itsuki yang terlihat seperti sedang mengintip
itu. “A! A…. Halo.. Aku.. Aku Itsuki, aku baru saja pindah ke sini, kau
tetangga ya? Halo Pak!” kata Itsuki nampak panik. Hening sesaat. “Hai Itsuki”
kata pria itu tanpa ekspresi, lalu ia masuk kembali ke apartemennya. Itsuki
manyun, hanya itu saja? pikirnya. Ia menarik kembali badannya. “Hanya itu
saja?” gerutunya lagi. Ia menaikkan bahunya, bingung sendiri sebenarnya apa
yang ia harapkan dari pria itu selain sapaan singkat seperti yang barusan ia
lakukan.
Keesokan harinya, Itsuki yang
baru saja keluar dari konbini, ia melihat pria tetangga itu melintas, kali ini
mengenakan jas yang rapi. “Ah? Pak Tetangga!” panggil Itsuki spontan. Pria itu
menoleh dan menemukan Itsuki tersenyum cengengesan ke arahnya. sejurus kemudian
mereka berjalan bersama menuju ke apartemen mereka. “Panggil saja aku Masamune” kata
pria itu memecah keheningan. Itsuki menoleh ke arah pria itu. “Oh..
Masamune-san?” kata Itsuki. Masamune,pria tetangga itu, tanpa memberikan
respon, matanya lurus ke depan. Itsuki manyun. “Kau, salaryman?” tanya Itsuki.
“Ah” jawab Masamune membenarkan. Itsuki mendengus, “Lari dari salaryman, ketemu
salaryman”, gerutunya. Masamune menoleh ke arah gadis kecil yang berjalan di
sampingnya. Itsuki kemudian menoleh sampai akhirnya mereka bertemu pandang.
“Eh?!” kata Itsuki langsung memalingkan wajahnya yang memerah. Masamune
terdengar mendengus. Ia kemudian mengelus kepala Itsuki kemudian berjalan lebih
cepat. Itsuki yang terkejut, memberhentikan langkahnya dan hanya bisa melihat
punggung Masamune yang semakin lama semakin jauh dan tibadi apartemen nya lebih
dulu. “Kenapa? Aku kan bukan anak kecil” gerutu Itsuki sambil memegangi
kepalanya, Masamune membuat wajahnya memerah.
Itsuki menarik bangku kecil yang
tadinya ada di belakang pintu, ke arah balkon dan lebih dekat ke pagar pembatas
ke arah jalan. Sebelah tangannya memegang segelas cokelat panas kesukaannya.
Ini adalah entah hari keberapa dia dalam pelarian, namun tak habis pikir Itsuki
memikirkan, orang tuanya sama sekali tidak mencari nya? Ataukah apartemen ini
begitu terpencil sampai-sampai ia sulit ditemukan? “Buat apa aku memikirkan
itu, aku kan sedang kabur dari rumah” gerutu Itsuki sambil meminum cokelat
panasnya. Pandangan Itsuki tersita dengan sebuah kepulan asap tipis daribalkon
sebelah. Itsuki meletakkan gelasnya di atas kursi kemudian ia mendekati tembok
pembatas balkon dan melongokan kepalanya. Masamune terlihat menggunakan setelan
jersey biru sambil merokok dan entah melihat apa ke arah jalan. “Selamat malam,
Masamune-san!” kata Itsuki. Masamune melepaskan rokok dari mulutnya lalu
mematikannya ke dalam sebuah asbak kayu. “Kau belum tidur?” tanya Masamune.
Itsuki terdiam sejenak, tertegun dengan pertanyaan itu. “Ini kan baru jam 9”
kata Itsuki manyun. “Tidak baik anak kecil tidur terlalu malam” kata Masamune
sambil beranjak dari kursi nya. “Hey! Aku ini 17 tahun!” kata Itsuki sewot.
Masamune tidak memberikan respon, ia masuk begitu saja kembali ke dalam
apartemennya dan mengunci pintu. “Dasar orangtua!” kata Itsuki sambil menarik
kembali badannya.
Itsuki menutup mulutnya
rapat-rapat. Ia berada di lorong sempit diantara gedung toko roti dan konbini
yang sering ia kunjungi. Beberapa orang bawahan ayahnya terlihat di sekitar
situ dan dia berusaha bersembunyi agar tidak ditemukan. Perlahan Itsuki keluar
dari lorong itu dan kabur melalui jalan belakang. Yang ada dipikirannya saat
ini adalah lari secepatnya agar bisa kembali ke apartemen sebelum ditemukan
oleh orang-orang itu. Tiba-tiba “Brukk!!” Itsuki menabrak seorang pejalan kaki
yang nampak seperti seorang salaryman. “Masamune-san!?” kata Itsuki yang
menyadari bahwa orang yang barusan ia
tabrak punggungnya itu adalah tetangganya. “Apa yang terjadi?” tanya
Masamune saat melihat Itsuki nampak ngos-ngosan dengan bawaan sebuah kantong
plastik putih besar dari konbini. Itsuki menoleh, bawahan ayahnya terlihat
sedang menyisir setiap orang yang lewat. Itsuki yang panik tanpa pikir panjang
membuka kedua ikatan rambutnya dan membiarkan rambutnya yang biru muda hampir
putih itu tergerai, dan memeluk Masamune!! “Hey!!” protes Masamune. “Lindungi
aku tolong!!” kata Itsuki sambil menyembunyikan wajahnya di balik tubuh
Masamune. Masamune melihat ke sekelilingnya dan terlihat orang-orang mulai
memandangi mereka dengan tatapan aneh. Sementara tak jauh dari sana ada beberapa
orang dengan jas dan kacamata hitam yang terlihat sedang mencari sesuatu, atau
seseorang. “Apa mereka mencari mu?” bisik Masamune, ia melihat Itsuki
mengangguk. Saat orang-orang berjas hitam itu semakin dekat, Masamune kemudian
memeluk Itsuki sampai akhirnya mereka berlalu dan menyerah, kemudian masuk ke
dalam mobil dan pergi. “Mereka sudah pergi” kata Masamune sambil melepaskan
tangan Itsuki yang melingkar di pinggangnya. “Terima kasih” kata Itsuki sambil
mengusap wajahnya yang basah. Masamune terkejut, anak ini menangis? batinnya. “Apa
yang terjadi?” tanya Masamune. “Aku kabur dari rumah” jawab Itsuki singkat. Itsuki
kemudian hendak mengambil kantong belanjaannya yang ia letakkan di sampingnya.
Namun Masamune mencegahnya. “Biar aku saja yang bawa” kata Masamune sambil
memegang tangan Itsuki. Ia lalu mengambil kantong belanjaan Itsuki untuk dia
bawa lalu ia menggenggam tangan Itsuki yang mungil. “Kita pulang” kata Masamune
kemudian. “Iya” kata Itsuki terisak.
Sebuah kedai minuman kecil. 2
orang pria salaryman tengah melepas letih di sana. Salah seorangnya adalah
Masamune dan yang lainnya adalah Motochika, teman satu kantor dari Masamune.
“Dasar pedophile, hahaha” kata Motochika sambil tertawa keras, sepertinya ia
mulai mabuk. Motochika baru saja cerita kalau ia melihat Masamune sedang
berpelukan dengan seorang anak kecil beberapa waktu yang lalu. Anak kecil yang
di maksud adalah Itsuki. Masamune menjelaskan semuanya tetapi Motochika tetap
saja menggodanya. “Dia itu 17 tahun” kata Masamune. “Dan kau 32?! Gadis itu
separuh dari umur mu, hahahaha” kata Motochika. Masamune mendengus. “Oh ya, ku
dengar kau bertunangan? Apa jadinya kalau tunangan mu tau kau pedhopile? haha”
kata Motochika terus menggerutu. “Tunangan ku pergi sebelum tau aku pedhopile”
kata Masamune sambil meminum sake nya dalam sekali tenggak. “Tapi aku tidak
pedhopile!” protes Masamune, sepertinya ia juga sudah mulai mabuk.
“Ngomong-ngomong, kau tau? Anak Shingen kabur dari rumah! Hahaha aku dengar
itu” kata Motochika sambil beranjak lalu sempoyongan memberikan uang lalu
keluar dari kedai. Begitupula Masamune. “Tentu saja aku tau! Sudah ku bilang
kan tunangan ku pergi? Anak Shingen itu akan ditunangkan dengan ku” kata
Masamune. Motochika menoleh ke arah Masamune. “Ahaha, kau tau Masamune, anak
Shingen itu 17 tahun! Bagaimana dia tidak kabur kalau dia akan ditunangkan
denga laki-laki 32 tahun?” kata Motochika. “Jangan-jangan gadis yang kau bilang
itu anak Shingen?” gerutu Motochika sambil tertawa terbata-bata. Masamune
menghentikan langkahnya. Terbayang wajah Itsuki di pikirannya.
Itsuki buru-buru beranjak dari
tempat tidurnya saat terdengar seseorang menggedor-gedor kamar apartemennya dan
meneriakkan namanya. “Masamune-san?” tanya Itsuki saat melihat Masamune berdiri
di depan pintunya. “Bau sake!” kata Itsuki sambil menutup hidungnya. Sadar
Masamune mabuk, Itsuki yang menjadi ketakutan menutup pintunya, tetapi berhasil
di tahan oleh Masamune yang malah menarik tangannya dan menyeretnya keluar.
“Tunggu! Lepaskan!” teriak Itsuki panik. Masamune melepaskan genggamannya, lalu
menatap gadis itu. “Siapa kau sebenarnya?” tanya Masamune dengan tatapan mata
yang tajam. “Aku…” kata Itsuki ketakutan. “Kenapa kau kabur dari rumah?” tanya
Masamune lagi. Itsuki menggeleng. Masamune berdecak lalu menyandarkan dirinya
di dinding lalu terduduk. “Tunangan ku adalah anak dari bos ku, orang kaya yang
memiliki perusahaan besar…” kata Masamune sambil memegangi kepalanya yang pusing.
Itsuki mendekati Masamune. “Masamune-san, kau mabuk” kata Itsuki sambil memegang
pundak Masamune, Itsuki tidak ingin Masamune menceritakan masalah pribadinya
saat ia tengah mabuk, Itsuki merasa ia tidak harus mendengarkan itu. “Tapi dia
kabur dari rumahnya saat kami harus bertemu pertama kalinya…” lanjut Masamune
sambil menepis tangan Itsuki dari pundaknya. Itsuki tersentak, antara kaget
dengan tepisan dari Masamune, dan juga cerita yang baru saja diucapkan olehnya.
“Katanya dia gadis 17 tahun… Bodoh! Pantas saja dia kabur… Salaryman tua
seperti ku tidak pantas… Untuk gadis 17 tahun anak orang kaya…” Masamune
berusaha berdiri. Melihat itu Itsuki berusaha membantu, tetapi lagi-lagi
Masamune menepis tangannya. “Masamune-san.. Aku…” kata Itsuki dengan wajah yang
sedih. “Pulanglah putri Shingen” sempoyongan Masamune berjalan menuju pintu
kamar apartemennya “Kau tidak seharusnya bertemu dengan seorang Salaryman saat
kau menghindari Salaryman” gerutu Masamune saat meninggalkan Itsuki yang sedang
galau.
Masamune membuka matanya perlahan,
baru ia sadari dirinya tertidur di atas sofa. Saat mendengar sebuah ketukan kecil di pintu kamar
apartemennya, sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing, Masamune beranjak
dari sofa tempatnya tidur dan membukakan pintu. “Kau?” tanya Masamune saat
melihat Itsuki berdiri tegap di depan pintu kamarnya dengan sebuah koper kecil
disampingnya. Masamune hanya mengkerutkan keningnya. “Aku akan pulang!” kata Itsuki
manyun. Masamune tersentak. “Kali ini aku tidak akan kabur, dan harus ku
pastikan Pak Tetangga datang ke rumah ku!” kata Itsuki sambil menunjuk ke arah
Masamune, setelah mengatakan itu, wajah Itsuki malah memerah. Masamune hanya
diam, lebih tepatnya terkejut. “Aku pulang!” kata Itsuki sambil melambaikan
tangannya, lalu berbalik dan menarik koper kecilnya. Tanpa pikir panjang,
Masamune menarik tubuh kecil Itsuki ke dalam pelukannya, dan memeluknya dari
belakang dengan erat. “Ma.. Masamune-san!” kata Itsuki sedikit meronta,
wajahnya merah padam. “Biarkan sebentar dulu” bisik Masamune. Mendengar itu
Itsuki berhenti meronta, malah memegangi tangan Masamune dan rasanya tidak
ingin membiarkan Masamune melepaskan pelukannya itu. “Aku suka Masamune-san”
kata Itsuki kemudian. “Tapi aku Salaryman dan tua” kata Masamune. “Tidak
apa-apa, lagipula kau tidak setua ayahku” kata Itsuki sambil mengelus tangan
Masamune. Masamune melepaskan pelukannya, Itsuki membalikkan badannya dan
menatap pria itu. Masamune kemudian tersenyum lembut begitupula dengan Itsuki. “Kau
pulang dengan ku saja” kata Masamune sambil menarik koper kecil milik Itsuki ke
dalam apartemennya. Itsuki terdiam di depan pintu. “Kau tidak mau masuk?” tanya
Masamune saat menyadari Itsuki masih berada di luar. “Mau!!” kata Itsuki sambil
mengangguk tegas lalu masuk ke kamar apartemen Masamune dan menutup pintunya. “Bagaimana
aku bilang ke Pak Boss?” tanya Masamune, suaranya terdengar dari luar kamar. “Serahkan
saja padaku!” kata Itsuki kemudian.
FIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar