Rabu, 20 Oktober 2010

MIRACLE

peringatan :
Ini bukan fanfic

Bila ada kesamaan nama, tokoh, dan kejadian adalah suatu hal yang tidak di sengaja


MIRACLE
by : Meg Kecil

Kediaman keluarga Itou. Rumah kecil, sederhana dan rumah yang secara umum banyak terdapat di Jepang. Rumah ini berisi satu keluarga bahagia yang beranggotakan 5 orang.

“Ayo semuanya, sarapan sudah siap!”

Seorang wanita paruh baya berambut ikal pendek dengan tatapan mata lembut itu adalah Kiriko Itou, Ibu ku, Ibu terbaik di seluruh dunia ini.

“Ibu, di mana koran paginya?”

Pria dengan perawakan gagah yang usianya dapat ditebak dengan hanya melihat rambutnya yang sudah mulai memutih itu adalah Go Itou, ayahku, ayah bijaksana, sayang keluarga dan tegas untuk hal-hal tertentu.

“Selamat pagi”

Ini dia, pemuda paling tampan seluruh dunia, namanya Rui Itou, mahasiswa seni di sebuah universitas ternama. Kakak ku tercinta, putra sulung keluarga Itou.

“Kei, tolong panggil adik mu turun,” pinta ibu.

“Hee?!!!”

Pemuda yang baru saja duduk di kursi meja makan, lalu disuruh ibu untuk memanggil adiknya tetapi menolak itu, nama lengkapnya Keigo Itou. Dia putra kedua dari keluarga ini, kakak yang cuma beda satu tahun dengan ku. Entah kenapa kami berdua tidak akur.

“Biar aku saja”

Tak lama kemudian, aku yang sedang berdiri di depan cermin mendengar pintu kamar ku diketuk.

“Tunggu…”

Ku ambil tas sekolah yang tergeletak di atas tempat tidur, lalu membuka pintu kamar dan menemukan Kak Rui berdiri di depan pintu, hal yang selalu ku temui setiap pagi karena Kak Rui selalu memanggilku turun untuk sarapan.

“Selamat pagi, Kiseki”

“Pagi Kak!”

***

“Ayo kita sarapan!”

Kak Rui mendorong pundak ku sepanjang perjalanan turun dari kamar ku ke meja makan. Sejak kecil, Kak Rui memanjakan ku, karena itu aku sangat menyayanginya, daripada Kak Kei yang selalu ketus padaku.

“Selamat pagi”

sapaku.

“Selamat pagi”

Seperti biasa semua orang menjawab salam ku, kecuali Kak Kei yang sibuk dengan sarapannya sendiri. Aku mendengus, Kak Kei selalu menyebalkan!

“Kak Kei, teman ku ada yang salam”

Kak Kei adalah seorang bassist di band sekolah. Band nya lumayan populer dan sering tampil di setiap acara sekolah kami. Membernya juga sangat populer diantara siswi-siswi, termasuk Kak Kei, dia juga populer. Oh ya aku lupa, Kak Rui juga seorang bassist di kampusnya, dan yang mengajari Kak Kei tentang bass tentu saja Kak Rui.

“Huh, menyebalkan!”

“Kakak harus menghargai”

“Menghargai bagaimana?! Mereka itu berisik, mengganggu! Katakan pada mereka untuk tidak beramai-ramai dipinggir lapangan saat pelajaran olah raga! Memalukan!”

“Tapi mereka fans kakak, tanpa mereka…”

“Iya, iya! aku tau. Kalau aku tidak mencintai bass, aku sudah menyerah”

Kak Kei beranjak dari kursi meja makannya.

“Aku berangkat!”

Semua orang menatap Kak Kei yang pergi. Ibu lalu memandang Ayah yang hanya bisa mengangkat bahu.

“Seharusnya aku tidak mengatakannya”

***

SMU Honjou

Kak Rui memberhentikan motornya di depan gerbang sekolah. Aku melepas pegangan tangan ku dari pinggang Kak Rui dan turun dari motornya, lalu menyerahkan helm ku padanya. Kak Rui melepaskan helmnya juga lalu memeluk helm hitam itu. Ia menatap ku dan tersenyum. Bibir kucingnya itulah yang menjadi daya tariknya.

“Duh.. cantiknya adik ku!”

Kak Rui mengacak-acak rambutku. Kata-katanya membuat wajah ku memerah. Kak Rui lalu merogoh saku celananya. Lalu mengeluarkan sebuah pick berwarna putih.

“Ini” katanya. “Kau bisa serahkan pada Kei kan? Aku ingin memberinya tadi pagi, tapi dia buru-buru”

Kak Rui meletakkan pick putih itu ke atas telapak tanganku.

“Kenapa cuma Kak Kei? Aku diberi apa?”

“Ah! Ubur-ubur terbang!”

“Hah?!”

Aku yang kaget menoleh saja. Dan seketika itu Kak Rui mencium pipi ku.

“Kakak!!~”

Kak Rui tertawa. Lalu membentuk huruf V dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. Saat itu aku tidak sadar, ciuman itu adalah ciuman Kak Rui yang terakhir.

***

Ku genggam pick bass yang diberikan Kak Rui untuk Kak Kei. Dengan berat hati aku berjalan ke kelas Kak Kei untuk menyerahkannya. Kelas 3-B, saat istirahat kelas itu ramai.

“A! Kiseki-chan?”

Pemuda berkacamata itu bernama Tooru, teman satu band Kak Kei, ia menemukan ku yang kebingungan mencari Kak Kei.

“Keigo ya? Ada di dalam, masuk saja”

Sebelum aku masuk, Kak Kei keluar dari kelasnya.

“Apa?”

Ku buka genggaman tangan ku dan menunjukkannya pada Kak Kei.

“Kak Rui memintaku untuk menyerahkan ini”

Kak Kei terpana sebentar, lalu mengambil pick putih itu dari tangan ku. Tanpa berkata apa-apa, Kak Kei langsung masuk ke dalam kelas.

“Menyebalkan!”

Baik aku, maupun Kak Kei tidak sadar ternyata pick putih itu adalah hadiah terakhir dari KakRui.

***

“Kise!! Kise!!!”

Saat itu, dengan terengah-engah, Kak Kei muncul di depan kelas saat pelajaran sedang berlangsung. Membuat gaduh seisi kelas karena tiba-tiba masuk dan menarik tangan ku.

“Hey!!”

teriak Pak guru.

“Kenapa Kak?!”

“Sudah! Ikut saja!!”

Saat itu aku melihat ada yang aneh dengan Kak Kei. Matanya terlihat aneh, speerti menahan tangis. Saat itu, aku belum tau apa yang telah terjadi. Kak Kei memaksaku duduk di boncengan sepedanya, kejadian langka, hal yang tidak pernah ia lakukan selama 16 tahun ini.

Kak Kei mengendarai sepedanya dengan sangat cepat. Aku yang takut, memegang erat Kak Kei yang sesekali mengendarai sepeda dengan satu tangan, karena satu tangan yang lain, dari tempatku duduk, terlihat seperti mengusap wajahnya.

“Kita mau ke mana?!!”

“Berisik!! Ikut saja!!”

***

Rumah Sakit Universitas…

“Kakak!!”

Kak Kei langsung memeluk sosok terbujur kaku dengan selimut putih yang menutupi seluruh tubuhnya. Kaki ku lemas, air mataku jatuh begitu saja. Ayah dan Ibu yang sedari tadi ada di sana langsung memeluk tubuhku.

“Kak Rui mengalami kecelakaan, Kise..”

Setelah itu, aku lupa apa yang terjadi.

***

Beberapa hari setelah kejadian itu, rumah menjadi sangat sepi tanpa kehadiran Kak Rui.

“Kei, tolong panggil adikmu turun”

Kali ini, mau tak mau, Kak Kei harus memanggil ku turun. Tapi aku tak ingin keluar dari kamar ini, jika bukan Kak Rui yang memanggilku.

“Oey!! Bodoh kah kamu tuh?!! Kamu pikir cuma kamu yang sedih tentang Kak Rui?!!”

“Kak Kei tidak mengerti perasaan ku!!”

“Mengerti apa kamu tentang perasaan ku?!!!!”

Sesaat kemudian aku mendengar suara langkah kaki yang semakin menjauh. Tangisan ku semakin menjadi, hari ini aku tak ke sekolah lagi.

Setelah lama mengurung diri, aku keluar dari kamar. Aku terkejut melihat pick putih tergeletak di depan pintu kamar. Ku rasa Kak Kei telah melemparnya saat ia marah padaku tadi.

“Kakak..”

***

“Kise, apa kakak mu ingin berhenti dari band?”

Nama gadis berambut panjang itu Mayu, dia adalah teman yang pernah menitipkan salamnya pada Kak Kei. Akhirnya, hari ini kuputuskan untuk masuk sekolah.

“Kata siapa?”

Setelah itu aku diajak Mayu ke depan club music dimana ada pengumuman pencarian bassist baru untuk band Kak Tooru.

***

“Apa maksud Kakak Keluar dari band?”

Tanyaku sesaat setelah masuk ke dalam rumah saat pulang sekolah dan menemukan Kak Kei yang juga baru tiba.

“Apa urusan mu? aku ingin berhenti atau tidak bukan urusan mu”

“Urusan ku tentu saja!”

Ku lemparkan pick putih pemberian Kak Rui. Kak Kei dengan segan menatapnya yang tergeletak di lantai koridor.

“Ku pikir itu pesan terakhir dari Kak Rui untuk Kak Kei agar Kak Kei terus bermain bass, lalu kenapa berhenti?!!”

“Kau pikir aku bermain untuk apa?!! Aku bermain karena aku tak mau kalah dari Kak Rui!! Lalu siapa yang ku kalahkan?!!” marah Kak Kei. “Seandainya Kak rui tidak mengantarmu pagi itu…”

Sebuah tamparan mendarat dari tangan kecil ku, aku menahan tangis saat itu. Kak Kei hampir membalasku jika Ibu tidak datang.

“Sudah hentikan!! Apalagi yang kalian pertengkarkan?!! 16 tahun keadaan kalian tidak berubah!! Kalian bersaudara kan?!! Kasihan Rui bahkan sampai akhir hayatnya, ia menyesal tak mampu membuat kalian berdua akur”

Aku dan Kak Kei terdiam. Tak pernah kami berdua pikir bahwa selama ini Kak Rui berusaha mengakurkan kami. Kak Kei memungut pick putihnya.

“Setelah Kak Rui pergi, setiap aku bermain bass, aku menjadi sangat merindukannya dan perasaan ini sangat mengganggu ku. Ku pikir untuk saat ini aku tak bisa bermain dulu”

Kak Kei berjalan mendekati ku. Ia raih tangan ku dan diletakkannya pick putih itu di atas telapak tangan ku.

“Serahkan padaku saat aku memintanya kembali”

Aku hanya menganggukkan kepalaku, meng-iya-kan.

***

Sekarang 4 tahun berlalu. Di depan XXXClub, aku dan sahabat ku sejak SMU, Mayu, bertemu kembali setelah lama terpisah sejak hari pelepasan. Kami berdua sama-sama ingin menonton live concert sebuah band bernama Kuroba

Member band yang paling ku suka adalah Rui, bassist nya. Bukan karena nama dan posisinya yang mirip dengan almarhum Kakak ku, tetapi dia memang Kakak ku. Iya, Rui adalah Kak Kei, 2 tahun yang lalu saat umurnya 19, band nya dan Kak Tooru berhasil diterima menjadi band indie di perusahaan rekaman yang lumayan terkenal Dan kak Kei memutuskan untuk menggunakan nick Rui diatas panggung. Sekarang live concert merayakan 2th anniversary indie band Kuroba. Masih teringat 4 tahun yang lalu, hanya memerlukan beberapa bulan untuk Kak Kei meminta pick nya kembali, saat kami belajar memenuhi permintaan terakhir dari Kak Rui, agar kami berdua semakin akrab. Sekarang, permintaan Kak Rui terkabul sudah. Aku tidak menyangka, lagu debut Kuroba band, ciptaan Kak Kei, yang berjudul Miracle yang menjadi hits itu, diambil dari arti nama ku.



End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar