Jumat, 29 Oktober 2010

[FANFIC] Midnight Samurai

Judul : Midnight Samurai

Penulis : Meg Kecil yang sekarang pengen dipanggil "DONAT PUTIH" :D

Dibintangi oleh : Tora Alice Nine as TORA ; Shou Alice Nine as Shou



WARNING!!

terdapat adegan berdarah-darah...



tulisan pemula,,

jika ada kesamaan nama, tokoh maupun kejadian adalah suatu hal yang tidak di sengaja

kritik dan saran penting untuk kemajuan penulis...



“Crassssh!”



Shou menyeka cipratan darah di wajah mulusnya sambil tersenyum sinis. Matanya menatap tajam ke arah tubuh seorang pria yang baru saja ia tebas dengan samurainya.



“Shou… Shou…”



Shou membalikkan badannya. Tora yang sedari tadi menontonnya dari belakang hanya bisa menggeleng. Pria yang mengenakan yukata hitam yang juga memegang pedang itu berdiri menghampiri Shou.



“Apa?” tanya Shou sambil menghentakkan samurai nya sampai bersih dari darah-darah. Kemudian memasukkannya kembali ke dalam sarung pedang miliknya. “Kenapa kau sampai terkagum-kagum seperti itu?”



“Hmpft” tawa Tora. “Iya aku kagum. Aku tidak menyangka sekarang kau sudah sehebat ini” kata Tora.



“Bukankah kekejaman ini semua telah ku pelajari dari mu?” tanya Shou.



“Tapi kurasa kau sudah jauh melampaui ku. Ku pikir kau sudah siap bertemu dengan orang-orang yang telah membunuh keluarga mu” kata Tora. Seketika pandangan mata Shou berubah. Tangannya ia kepalkan erat-erat. Aura dendam yang sangat kuat terpancar dari dirinya.



Ingatan Shou kembali pada kejadian malam itu. Di saat ia menemui seluruh keluarga nya terbantai habis oleh kaki tangan saudagar kaya hanya karena keluarga nya belum mampu membayar hutang-hutang pada keluarga saudagar kaya itu. Shou ingat bagaimana tawa saudagar botak itu menggema di sela isak tangisnya di hadapan mayat keluarganya yang bergelimangan darah.



“Aku akan membunuh saudagar kaya itu, serta keluarganya sebagaimana ia membunuh keluarga ku” kata Shou dengan penuh dendam.



***



Tengah malam, cahaya dari lilin kecil memantulkan bayangan tubuh Tora yang masih terjaga. Ada perasaan tak nyaman yang membuatnya tak bisa tidur. Ia kemudian memutuskan untuk beranjak dari tempatnya duduk dan keluar dari rumah.

Saat menutup pintu geser, ia mendengar suara langkah kaki dari belakang. Tidak hanya satu atau dua orang, tetapi terdengar lebih dari itu. Tora menilik dari pundaknya dan langsung berbalik, ternyata memang segerombolan orang sedang menghadangnya. Tora langsung pasang kuda-kuda, tetapi salah seorang dari gerombolan itu, seorang pria kurus, mengangkat tangannya sambil menggeleng-geleng dan berjalan mendekati Tora. Tora tak dapat mundur, dibelakangnya tepat pintu masuk.



“Kami tidak bermaksud melawan mu… Tuan Muda Tora” kata pria bersuara cempreng itu. Tersentak Tora saat ia dipanggil dengan sebutan seperti itu.



“Siapa?” tanya Tora dengan suaranya yang rendah. Tangannya masih memegang pedang yang diletakkan dipinggangnya.



“Yare.. yare… Sudah lupa rupanya” kata pria itu sambil menggelengkan kepala. Tora hanya bisa mengerutkan dahi.



Tiba-tiba pintu geser terbuka dengan kasar dan dengan cepat Shou sudah berada di hadapan pria bersuara cempreng itu dengan ujung samurai yang berada tepat di pangkal lehernya.



“Shou!!” teriak Tora terkejut. Gerombolan itu hampir saja menyerang Shou yang berani menodongkan samurai kepada ketua kelompok mereka. Dia menyuruh gerombolan itu untuk tidak menyerang Shou dengan mengangkat sebelah tangannya.



“Aku tidak akan pernah lupa suara mu, brengsek!!!”



“Haaa… pemuda malam itu” kata pria yang ternyata adalah salah satu dari kaki tangan saudagar yang telah membantai keluarga Shou beberapa tahun yang lalu.



Shou menatap ke seluruh gerombolan itu sambil menyipitkan mata. “Ku pikir akan sulit mencari kalian, tetapi ternyata kalian sendiri yang menghantarkan nyawa kalian kepada ku??!!!” Shou menarik pedangnya dan hampir menebaskannya ke pria kurus di hadapannya itu.



“Tunggu!!!” suara itulah yang membuatnya berhenti melakukan penyerangan. Matanya terbelalak saat melihat mata pedang tepat meluncur di samping pipi nya.



“To…” Shou tak dapat berkata-kata, kepalanya pun tak dapat bergerak, sekali saja ia bergerak, mata pedang Tora akan melukai wajahnya. Ia hanya mampu melirik, namun matanya tak mampu melihat Tora di belakang.

“Hah… sudah saatnya untuk menjelaskan semuanya, Tuan Muda Tora” kata pria itu.



“Tu… Tuan Muda?” tanya Shou.



“Maaf Shou. Tapi sepertinya ingatan ku telah kembali dan musuhmu yang sebenarnya adalah….”



Belum sempat berkata-kata, gerakan cepat Shou membuat ujung pedangnya kini beralih ke pangkal leher Tora.



“Jelaskan padaku Tora atau aku akan membunuhmu” kata Shou lirih.



“Tidak ada yang perlu dijelaskan, kau bisa membunuh ku” kata Tora. Wajah mereka kini saling berhadapan.



“Tidak akan kami biarkan!” kata pria bersuara cempreng itu lalu mengajak gerombolannya untuk menyerang Shou. Mengetahui hal itu Shou segera memindahkan perhatiannya ke gerombolan preman-preman itu. Anehnya, Tora yang kemungkinan berada di pihak berlawanan dengan Shou, malah membantunya untuk melawan kaki tangan saudagar pembunuh keluarga Shou itu. Dan pertarungan berdarah pun terjadi pada tengah malam itu di bawah sinar bulan purnama.



***



Tebasan terakhir dari Shou membuat pria cempreng itu kehilangan keseimbangan dan jatuh. Shou hampir menghunuskan pedangnya, tapi pria cempreng itu mengangkat tangannya yang gemetaran dan berlumuran darah, membuatnya menarik kembali pedangnya.



“Tu..an Mu….da” kata pria cempreng itu terputus-putus, nafas nya tersengal. Tora yang kepayahan menyeka cipratan darah di pipinya, lalu mendekati pria itu.



“Apa, Gouda?” tanya Tora akhirnya mengingat nama pria tua itu.



“Ayahanda…. Tuan Mu…da… Ttt..telah.. wa…fatttttt” kata Gouda. Shou terkejut. Begitu pula dengan Tora. “Hamba… sanggg…attt senanggg… Tttttuuan mmmuda kembali menggggingat saaaaya”



Setelah itu Gouda menghembuskan nafas terakhirnya. Tora berdiri lalu menghadap ke arah Shou.



“Ayah ku, orang yang selama ini sangat ingin kau bunuh, telah mati. Sekarang, kau harus membunuhku juga. Bukankah itu janji mu? Untuk membunuh seluruh keluarga ku? Kini tinggal aku seorang” tanya Tora. Ia lalu melemparkan pedangnya. Hal itu membuat peluang untuk membunuh Tora bagi Shou sangat besar karena Tora tidak akan dapat melawan tanpa pedang di tangannya.



“Grrrraaaaaa!!!” Shou menyeret pedangnya lalu menebas Tora. Nafas Shou terengah-engah. Di balik tubuhnya, Tora jatuh terlentang.



***



“Grrrraaaaaa!!!” Shou menyeret pedangnya lalu menebas Tora. Nafas Shou terengah-engah. Di balik tubuhnya, Tora jatuh terlentang.“Aku tidak akan membunuh mu” gerutu Shou.



Tora menatap telapak tangannya, sedikit rambutnya tertebas oleh pedang Shou. Dengan gerakan yang secepat itu, Shou dapat mengendalikan serangnnya sehingga tidak melukai Tora sedikitpun. Tora hanya bisa tersenyum, senyum yang lelah sambil menatap bulan purnama malam itu.



“Karena ayah mu juga tidak membunuh ku” kata Shou sambil duduk di samping Tora.



“Maaf kan aku, Shou” kata Tora lirih sambil menatap sahabat yang merawatnya selama ia dalam keadaan kehilangan ingatannya itu. Shou tersenyum. Ia lalu membantu Tora untuk berdiri.



***



Pertarungan malam itu selesai begitu saja. Shou telah berhasil melampiaskan dendamnya pada kaki tangan saudagar kaya yang telah membunuh seluruh keluarganya itu. Dan Tora berhasil menemukan kembali ingatannya yang telah hilang dan mengetahui ternyata dirinya adalah anak dari saudagar kaya yang selama ini ditaruh dendam oleh Shou. Meskipun begitu, Shou tidak membunuh Tora karena Shou tidak akan membunuh begitu saja orang yang selama ini menjadi sahabat sekaligus guru yang mengajarinya bertarung.



“Apa yang akan terjadi selanjutnya?” tanya Shou.



“Entahlah” jawab Tora.





FIN

2 komentar:

  1. aaaa.. teidaaakkk keburu dibaca T.T
    sebenarnya ini mau dihapus kemaren,, ceritanya terlalu keburu2 diselesein,, jadi jelek ah.. XD

    haa.. tragis ya?
    dapet inspirasi dari piku shou ama tora yang pake kostum vampire2an itu,, eh tau2 nya malah jadi samurai hahha

    thanks dah baca Yuu :)

    BalasHapus