Senin, 11 Februari 2013

The Kos


Mungkin gue akan memulai cerita dari mimpi-mimpi gue waktu itu aja. Dulu, ketika gue harus ke luar kota, ke Banjarbaru maksud gue, baik itu mengunjungi kerabat atau sekedar jalan-jalan, gue selalu berpikir, kota ini begitu asing, dan dalam setiap pemikiran gue tentang sebuah kota yang asing, dari sudut pandang gue, itu adalah suatu hal yang keren. Banjarbaru keren, itu pernah terlintas di pikiran gue. Dan jika setiap kata adalah do’a, mungkin kita bisa bilang bahwa setiap kata hati adalah harapan, gue pernah berharap “I want to live here someday”, and here I’am now. Banjarbaru.
Kemudian gue kuliah di sini dan gue tinggal di sebuah rumah kos-kosan sama kakak gue. Dan rumah dengan empat kamar ini adalah inti cerita gue sekarang.
Pertama gue masuk ke rumah ini, gue mesti tinggal satu kamar sama kakak gue karena pada saat itu kamar penuh. Dari empat kamar, penghuninya ada 7 orang yang ada 3 kamar diisi dua orang (termasuk kakak gue dan gue). Tetapi gue berani memutuskan untuk tinggal satu kos dan bahkan satu kamar pula sama kakak gue karena katanya ada 3 orang penghuninya yang akan segera lulus dan meninggalkan rumah. Setelah mereka lulus, rumah ini pun hanya ditinggali empat orang saja. Gue, kakak gue, kak Yanti dan kak Yayan. Para senior yang lulus itu meninggalkan 2 orang cewek malas, 1 orang cewek sibuk dan 1 orang cewek rajin. Alhasil jadwal piket yang udah dibikin sedemikian rupa itu terabaikan. Sampai akhirnya, Kak Yayan, si cewek rajin, memutuskan untuk keluar dari rumah, karena kerabatnya meminta Kak Yayan untuk tinggal bersama. Dan sementara kak Yanti, yang super sibuk, membikin rumah kos-kosan ini seolah menjadi rumah pribadi gue dan kakak gue.
Hal itu terus berjalan sampai kak Yanti benar-benar jarang banget ada di rumah sampai kelulusannya beberapa waktu yang lalu. Dan rumah ini seolah-olah menjadi milik kami berdua, gue dan kakak gue.
Ada banyak orang yang masuk silih berganti. Tapi gue nggak ngerti kenapa mereka nggak betah. Apa karena perlakuan gue dan kakak gue yang terlalu ribut dan males beres-beres rumah (maklum, berasa rumah sendiri).
Dan kami pun mencapai semester akhir, sekarang ini. Seorang anak baru datang dan lebih betah dari penghuni-penghuni sebelumnya. Nisa namanya. Nggak mau kejadian yang lalu berulang, dan gue ngerasa nggak enak sama Bu Parmin (Ibu Kos) karena seolah pada nggak betah tinggal di kos ini, gue nggak mau itu terjadi pada Nisa, gue mulai mengangkat kaki gue untuk bisa rajin, negrawat rumah ini. Apalagi sejak tempat pembuangan akhir terdekat ditutup, gue yang pada dasarnya ngurusin sampah dan ngerasa di-PHP sama bapak kos (Janjinya setiap minggu bakal dibantuin sampahnya dibuangin ke TPA yang rada jauh dari kos), memutuskan untuk membuang sampah2 itu di belakang kos, iya gue melakukan hal itu sendirian, setiap minggu atau lebih dari itu karena malas, tapi selalu gue yang melakukan hal itu, buang sampah, catet. Gue juga lebih rajin nyapu. Kalo ada waktu senggang gue ngepel, gue sikat lantai WC, sikat bak mandi, sikat WC (beda ya lantai WC sama WC). Gue mulai suka nyuci, gue beli pengharum yang dulu nggak pernah gue pake waktu nyuci. Gue mulai menyetrika. Kecuali masak, gue melakukan hal itu semua.
Hal yang paling menyenangkan lainnya adalah ketika air PDAM mati sama sekali, nimbi sumur yang air nya jernih banget. Dan gue mesti nimba dobel, buat gue dan buat kakak gue.
Kenapa gue nulis ini? karena sekarang, gue sudah meninggalkan kos-kosan itu. Lulus? Bukan, tapi karena bokap gue sudah membangun rumah yang Alhamdulillah sudah siap ditempati dan gue dan kakak gue harus pindah ke sana.
Sedih sih, makanya gue nulis ini, soalnya banyak banget cerita nya di rumah itu salah satunya adalah yang ku tulis di atas tadi. Dan yang lainnya adalah gue kehilangan kamar privasi gue, yang selalu gue kunci dan bisa gue teriakkin "jangan masuk!" pada saat gue pengen melakukan eksperimen2 entah itu poto narsis di kamar, costest atau bahkan menjahit. karena di rumah yang ini gue gak bebas! ada nenek gue lagi.. malu ah kalo ketauan ihihihi
Yaah tapi apa boleh buat, harus keluar kan> meskipun seandainya nggak pindah, tetap harus keluar kan?


mungkin cuma itu yang pengen gue ceritain

thanks dah baca <(  ^__^)>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar