Author : Meg Kecil
Genre : friendship, relationship, curious spirit (but not horror)
Starring :
ViViD
Shin
Ryoga
Ko-Ki
Reno
IV
Lapangan basket aula SMU Peace
and Smile. Riuh ramai pertandingan antara kelas 2-B VS 3-D yang terkenal
jago-jago basket kayak Shou-senpai sama Tora-senpai. Sementara di kelas 2-B ada
Shin yang populer sebagai ace waktu kelas 1 dulu dan sekarang sudah jadi kapten
basket SMU Peace and Smile menggantikan Shou-senpai yang sudah lengser jabatan
karena anak-anak kelas 3 sudah tidak diperbolehkan aktif di berbagai kegiatan
ekstrakurikuler. Kecuali hari ini, mereka bisa main atas nama kelas, bukan
klub, untuk merayakan acara pekan olahraga sekolah.
“Shin!!” teriak Ryoga
menyemangati teman sekelasnya itu dari bangku penonton.
“Ayo ayo Shin!!” teriak Ko-Ki tidak
kalah sampai ia harus berdiri saking semangatnya melihat pertandingan yang
menegangkan itu. Ryoga terpaksa menarik Ko-Ki duduk karena murid yang duduk di
belakangnya terdengar misuh-misuh gara-gara ketutupan Ko-Ki. Ko-Ki nampak kesal
gara-gara hal itu, tapi pelototan Ryoga membuatnya patuh.
“3 menit lagi, angka tipis” kata
Ryoga sambil melirik ke papan score.
“Sial! ini menegangkan!!” kata
Ko-Ki sambil menggosok-gosok kedua tangannya.
“Yang tanding kelas kami juga”
kata Ryoga. Ryoga dan Shin memang satu kelas di 2-B, sedangkan Ko-Ki anak kelas
2-A.
“Iya, tapi Shin kan teman gue juga? Wajar dong” kata Ko-Ki sewot.
“Apaan kelas 2-A baru penyisihan
sudah K.O” ejek Ryoga sambil ketawa.
“Yang penting cerdas cermat kami
juara 1” bangga Ko-Ki yang mewakili lomba satu itu. Ryoga diam. Anak kelas 2-A
memang wadahnya juara-juara akademik. “Who!! Sial!!” teriak Ko-ki kemudian saat
Shin nge-lay up di dalam garis dua
angka, tapi berhasil di halau oleh Tora-senpai yang berbadan tinggi dan
akhirnya Shin gagal mencetak skor. Bola
jingga itu di tangan Shou-senpai sekarang.
“Tora memang jago di pertahanan”
kata Ryoga sambil melipat tangan di dada dan matanya tak lepas dari lapangan.
Tiba-tiba Shou-senpai mengoper bola, sebenarnya ditujukan ke arah pemain lain,
tapi ada Shin di sana yang mencoba menangkap operan bola namun dalam waktu yang
tidak tepat, lemparan bola dari Shou-senpai yang cukup kuat malah membentur
kepalanya sampai Shin limbung dan jatuh di tengah lapangan.
“Shin!!” teriak Ryoga dan Ko-Ki
bersamaan, kali ini bukan hanya mereka yang berdiri melihat kejadian itu,
tetapi hampir semua orang yang menonton pertandingan yang hampir selesai itu
berteriak dengan nada prihatin. Semua pemain berkumpul di lapangan dan
memeriksa keadaan Shin, tak lama kemudian tim kesehatan masuk dan membawa Shin
ke pinggir lapangan. Ryoga menepuk pundak Ko-Ki. Ko-Ki yang mengerti langsung
beranjak dari bangku penonton dan bergegas menghampiri teman mereka yang
langsung di bawa ke ruang kesehatan itu.
“Ugh” Shin mulai tersadar saat hari
telah sore. Ko-Ki yang terkantuk-kantuk langsung membangunkan Ryoga yang telah
tertidur pulas di tempat tidur sebelah setelah menyadari Shin siuman dari
pingsan nya. Ryoga beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Shin, sementara
Ko-Ki mencari Miko-sensei.
“Baik-baik aja lu?” tanya Ryoga.
“Astaga! Sore?! Gimana
pertandingan?” tanya Shin. Ryoga menyipitkan matanya yang sudah sipit.
“2-B menang kok meski tanpa lu,
sekarang, lu gimana? Lu pingsan lama banget” kata Ryoga dengan nada khawatir.
“Syukur deh kalo menang” kata
Shin lega.
“Shin! Elu ih gue tanyain! Gue
sama Ko-ki khawatir tau. Lu malah mikirin pertandingan” kata Ryoga sewot.
“Iya! Gue nggak apa-apa, santai
aja. Kepentok sedikit juga” kata Shin sambil mengelus kepalanya. “Wah, gue
masih seragaman” katanya baru menyadari kalau masih pakai seragam basket nya.
Ryoga mendengus, ni anak satu. batin nya. Tak lama Ko-Ki datang bersama
Miko-sensei. Setelah diperiksa sebentar, Shin sudah diperbolehkan pulang. Saat
keluar dari ruang kesehatan, Shin, Ryoga dan Ko-ki berpapasan dengan
Shou-senpai dan Tora-senpai.
“Wah, baru mau aku jenguk” kata
Shou sambil menurunkan tas yang dari tadi di bawa dengan tangannya di pundak.
“Kau tidak apa-apa? Aku minta maaf atas kejadian tadi siang. Aku benar-benar
tidak sengaja” kata Shou-senpai sambil menundukkan badannya sedikit
“Ah! Senpai?” kaget Shin. “Nggak
apa-apa, Gue.. ah! Saya nggak apa-apa! Kebetulan sejak pagi saya makan sedikit,
mungkin karena kaget dan faktor itu makanya jadi pingsan haha memalukan” kata
Shin sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ryoga dan Ko-Ki saling tatap.
Mereka berdua tau, siapa diantara mereka yang makan paling banyak tadi pagi,
Shin. Anak satu itu memang pernah bilang kalau dia sangat menghormati
Shou-senpai, mungkin ia tidak ingin membuat Shou-senpai kecewa.
“Syukur lah kalau tidak apa-apa.
Aku duluan ya” kata Shou-senpai pamit. Tora-senpai juga mengangkat tangannya
dan mereka berdua pergi.
“Kita juga harus pulang” kata
Ko-Ki kemudian, diiyakan Ryoga.
“Sebentar, tas gue masih di aula”
kata Shin.
“Ko-Ki, bukannya gue tadi suruh
lu ambilin tas Shin di aula?!” tanya Ryoga.
“Eh?! Masa?” kata Ko-Ki di sambut
jitakan oleh Ryoga.
“Nggak apa-apa, gue bisa ambil
sendiri. Kalian tunggu di gerbang deh” kata Shin sambil berlalu. Ryoga dan
Ko-Ki menyetujui perjanjian itu. Mereka kemudian menuju gerbang sekolah dan
menunggu Shin di sana sementara Shin mengambil tas nya yang tertinggal di aula
SMU Peace and Smile.
“Lama juga gue pingsan nya”
gerutu Shin saat masuk ke dalam ruang ganti yang tempatnya tidak jauh dari
aula. Ia kemudian membuka salah satu loker ruang ganti itu. Shin langsung
mengambil seragam yang tergantung rapi di dalam loker nya, melipatnya sebentar
dan memasukkannya ke dalam tas sekolahnya. Kemudian buru-buru keluar karena
hari sudah sangat sore dan Ryoga dan Ko-Ki pasti sedang sudah menunggu. Namun
langkah Shin terhenti ketika ia mendengar seperti ada yang main basket di aula,
karena penasaran Shin menuju aula. Seorang cowok dengan tinggi yang nampak
seperti Ko-Ki terlihat berdiri di bawah ring dan memantul-mantulkan bola basket
jingga itu ke lantai, suaranya menggema ke seluruh aula yang sudah sepi. “Anak
kelas satu?” pikir Shin. Kemudian ia teringat Ryoga dan Ko-Ki. “Ah, nanti
pulang kesorean” buru-buru Shin meninggalkan aula indoor. Sementara anak
misterius itu membiarkan bola basket bergulis di lantai, ia menoleh ke arah
Shin yang sudah jauh. Dan di luar aula, Reno, cowok yang populer di kalangan
cewek Peace and Smile karena dianggap tampan dan misterius, juga cowok yang ‘populer’
di kalangan cowok Peace and Smile karena dianggap cowok aneh, gak jelas dan
saingan buat ngerebut perhatian cewek-cewek, mengamati Shin sambil melipat
kedua tangannya di dada. Lalu ia melirik ke dalam aula, bergidik, lalu lari.
***
“A.. apa?” tanya Shin sedikit
panik ketika Reno tiba-tiba nimbrung saat ia dan dua sahabatnya yang lagi
santai di area atap. Sebagai cowok yang paling enggak pengen diharapkan kehadirannya
pada saat kumpul-kumpul bareng temen, Reno ditatap aneh oleh ketiga sahabat
itu, apalagi kedatangan nya yang begitu tiba-tiba.
“Gue, pengen ngomong, ama elu”
kata Reno sambil nunjuk Shin dengan pasti.
“Tentang… apa?” tanya Shin, ia
gak pernah mikir sebelumnya kalo ia bakal berurusan sama cowok aneh satu ini. Reno
kemudian merangkul pundak Shin yang otomatis kaget! Begitu juga dengan Ko-Ki
dan Ryoga yang kemudian saling sikut-sikutan, dorong-dorongan dan
jitak-jitakan.
“Tentang…” Reno kemudian
berbisik. “Anak di aula ” bisik Reno. Shin nampak terkejut.
“Apa salah nya sama tu anak?” Shin balik tanya
dengan berbisik.
“Salah!” kata Reno sambil beranjak
dan kembali menunjuk Shin dengan pasti.
“Apa?!” tanya Ryoga dan Ko-Ki
bertanya-tanya. Reno melirik ke dua sahabat Shin itu.
“Ehem, sebenarnya gue pengen
membicarakan ini dengan Shin aja” kata Reno sok-sok megang jidat.
“Kurang asem” bisik Ryoga. “Ayo
King..” kata Ryoga mengajak Ko-Ki. “Shin! Abis ini cerita ya” kata ryoga sambil
beranjak dari tempat nya. Ko-Ki mengikuti langkah Ryoga. Reno kemudian duduk
menempati bangku yang tadi di duduki Ko-Ki.
“Lalu?” tanya Shin.
“Lu bisa liat anak itu kan?”
tanya Reno, wajah nya agak serius dari yang sebelumnya.
“Bisa? Bisa lah! Anak kelas satu
kan? Soalnya aku jarang liat dia” kata Shin menjawab serius.
“Jarang liat, karena dia anak
kelas satu, atau karena kita emang nggak pernah tau siapa dia?” tanya Reno. Ia
kemudian menarik bangku nya semakin dekat ke Shin.
“Maksud lu?” tanya Shin,
tiba-tiba ia merinding. “Lu jangan-jangan… Jangan nakutin gue deh” kata Shin
kemudian. Shin teringat salah satu gossip mengenai Reno, kalau cowok satu ini
bisa melihat hal-hal gaib! Reno mengangkat kedua bahu nya.
“Gue sih pernah denger, kalo
dulu, ada anak basket yang meninggal sebelum turnamen antar kelas kayak yang
kemaren. Gue sih nggak bisa liat, tapi udah lama gue bisa ngerasain kalo di aula,
emang ada aura-aura aneh Shin. Sekarang, gue cuma mau bilang ke elu, hati-hati
ya, soalnya cuma elu yang bisa liat dia, hiii” kata Reno bergidik sendiri lalu
beranjak dari bangku nya dan kabur.
“Woy! Reno! Woy! Gila lu nakutin
gue aja kan?! Woy!” protes Shin yang tiba-tiba meninggalkan dirinya sendirian
di atap.
“Kalau ada apa-apa, panggil
gue!!” teriak Reno sambil berlalu.
“Kurang asem tu bocah” gerutu
Shin. Shin kembali merinding. Ia lalu memutuskan untuk keluar dari area atap.
***
“Nggak, gue mungkin nggak akan
cerita ini ke Ryoga atau Ko-Ki” pikir Shin di ruang loker aula setelah dia
latihan basket. Shin masih kepikiran soal percakapan siang tadi sama Reno,
“Sial! Sejak kapan sih gue…” Shin tiba-tiba ingat tentang kecelakaan pas
pertandingan beberapa waktu yang lalu. Shin lalu memegangi kepalanya. “Apa cuma
gara-gara itu lalu gue bisa liat?” gerutu Shin lagi.
“Shin, gue duluan” kata salah
satu anggota basket setelah ia menutup loker nya.
“Oke” kata Shin setelah tersadar
dari lamunannya. Sekarang, dia sendirian di ruang loker. “Kurang asem!” kata
Shin yang mulai mikir yang enggak-enggak. Ia bergegas merapikan tas dan seragam
sekolahnya. Lalu menutup lokernya cepat-cepat. Saat hendak keluar dari ruangan…
“Whoaaaa!!!” kaget Shin. Begitu
pula cowok dengan kaos putih dan celana pendek dengan bola basket di tangannya,
ikut kaget dan teriak saat ia hampir bertabrakan dengan Shin. “Ah, sori, kaget
gue” kata Shin.
“Haha, iya, nggak apa-apa, sori kalo ngagetin” kata cowok dengan suara yang agak cempreng dan tinggi badan yang kurang lebih sama dengan Ko-Ki itu. Cowok itu kemudian menuju lokernya. Shin melihatnya sedang beberes dengan santainya. Shin menelan ludah, ia melihat ke kaki anak itu.
“Haha, iya, nggak apa-apa, sori kalo ngagetin” kata cowok dengan suara yang agak cempreng dan tinggi badan yang kurang lebih sama dengan Ko-Ki itu. Cowok itu kemudian menuju lokernya. Shin melihatnya sedang beberes dengan santainya. Shin menelan ludah, ia melihat ke kaki anak itu.
“Nyentuh tanah, badannya juga
nggak transparan” pikir Shin agak lega. “Sori, tapi gue gak pernah liat lu
sebelumnya, lu anak basket?” tanya Shin memberanikan diri. Jantungnya berdegup
kencang, takut kalo jawabannya aneh-aneh.
“Hahaha, mana ada anak basket
badannya pendek kayak gue” kata cowok itu. Shin merasa miris mendengar
kata-katanya tadi, sebenarnya tinggi badan bukan masalah di basket, pikirnya.
“Tapi gue seneng basket, makanya gue sering ke sini, tapi pas kalian dah kelar
latihan” kata cowok itu.
“Sayang banget, basket kan
permainan tim, kalo lu main sendirian percuma. Kalo lu mau gabung sama tim,
bisa aja, gue kapten dan gue rasa gue bisa urus semuanya dan rekomendasiin lu
biar bisa masuk tim” kata Shin yang mulai menghapus segala pikiran negatifnya
terhadap cowok ini sebelumnya.
“Haha, thanks, tapi gue nggak
bisa” kata cowok itu sambil berlalu membawa bola basket jingganya, mau memulai
latihan basket private nya. “Oh ya, nama gue Iv anak kelas 1-D, lu Kapten Shin
kan?” tanya Iv kemudian.
“Iya” kata Shin sambil
membenarkan posisi tasnya.
“Salam kenal” kata Iv sambil
tersenyum dan mendribble basketnya keluar dari ruang loker dan masuk ke aula.
Shin memperhatikan permainan Iv sejenak, tidak buruk. Ia memiliki gerakan yang
bagus. Shin kemudian melirik ke jam dinding aula.
“Aish, telat gue” kata Shin yang
baru ingat ada janji makan di McD bareng Ko-Ki dan Ryoga. Ia kemudian bergegas
meninggalkan aula.
***
“Kurang asem Reno, ternyata emang
nakut-nakutin gue aja. Terbukti kan ga ada hantu di aula. Iv, anak kelas 1-D”
batin Shin sambil memasukkan sepatunya ke dalam loker lalu menggantinya dengan sandal
sekolah.
“Bro!” Ryoga menepuk bahu Shin
sambil melepas kedua sepatunya.
“Kaget gue” kata Shin sambil
memusut dada.
“Kenapa? Akhir-akhir ni lu
jantungan?” tanya Ko-Ki yang lokernya
diseberang.
“Jangan-jangan?!!” tanya Ryoga
panik.
“Santai bro, gue gak apa-apa!”
kata Shin sambil nepuk pundak Ryoga.
“Pagi Shin” cengengesan Reno
menyapa Shin saat Shin berbalik. Shin menghela nafas.
“Oiya, lu belum nyeritain ke kita
tentang pembicaraan kalian kemaren” kata Ko-Ki sambil mendekati mereka bertiga.
“Lu mau nyeritain ke mereka?!”
kaget Reno.
“Iya. Jadi, Si Reno ini bilang
kalau di aula basket ada hantu kaka kelas, dan dia pikir, gue, bisa lihat hantu
itu. Dan ternyata? Omong kosong. Gue bisa pastiin, yang gue liat kemaren anak
kelas 1-D dan namanya Iv” cerita Shin. Reno terdiam.
“Emang nggak bisa dipercaya” kata
Ryoga sambil berlalu, diikuti oleh Ko-Ki.
“Lu yakin?” tanya Reno.
“Yakin” kata Shin dengan wajah
serius. Reno menundukkan kepalanya, lalu terlihat pasrah.
“Yah, baguslah kalo selama ini
gue salah” kata Reno. Shin kemudian berlalu, tapi Reno masih merasa ada sesuatu
sama Shin.
***
“Guys! Sori, kalian pulang duluan
ya” kata Shin saat bel pulang berbunyi.
“Kenapa?” tanya Ko-Ki yang sedari
tadi berdiri di depan pintu kelas 2-B, menunggu teman-teman nya keluar kelas.
“Mo latihan basket, biasa…” kata
Shin sambil mengambil tas nya.
“Bukannya hari ini ga ada jadwal
latihan?” tanya Ryoga yang masih beres-beres, ia menoleh ke arah Ko-Ki yang
kemudian mengangkat bahu.
“Em.. Latihan sendiri sih” Kata
Shin.
“Ya udah” kata Ryoga dan Ko-Ki
bersamaan. Shin kemudian berlari kecil keluar dari kelas meninggalkan Ko-Ki dan
Ryoga. Ko-Ki kemudian masuk ke kelas dan mendekati Ryoga.
“Gue rasa dia latihan sama anak
yang namanya Iv itu” kata Ko-Ki.
“Iya, soalnya dia tadi juga bilang
kalo Iv sering latihan sendirian jam segini kan?” tanya Ryoga.
“Katanya mau di rekrut juga, Shin
kan kapten” kata Ko-Ki. Ryoga manggut mengiyakan.
“Ke McD?” ajak Ryoga.
“Sip!” Dan dua sekawan itu pun
cabut.
Sementara itu, Reno keluar dari
toilet dengan wajah agak pucat sambil memegangi perutnya.
“Makan apa gue?” gerutunya dengan
muka masam. Reno kemudian berjalan lunglai menuju ruang kesehatan. “Miko-sensei?”
sapa Reno saat melihat guru kesehatan itu. Miko-sensei nampak meletakkan
kembali sebuah figura foto ke tempatnya.
“Reno? Ada apa?” tanya
Miko-sensei lembut.
“Anu bu, minta obat sakit perut”
Kata Reno malu-malu. Miko-sensei beranjak dari meja kerja nya.
“Kenapa? Salah makan?” tanya
Miko-sensei sambil membuka lemari obat sementara Reno duduk di tempat tidur
tepat di depan meja kerja Miko-sensei, sebenarnya ia penasaran dengan figura
foto yang barusan dipegang Miko-sensei. Dalam foto itu, nampak Miko-sensei
bersama anak laki-laki dengan seragam yang sama dengan seragam SMU Peace and
Smile. “Ini” kata Miko-sensei sambil menyerahkan obat yang diminta Reno.
“Itu siapa sensei?” tunjuk Reno
sambil mengambil obat yang diserahkan Miko-sensei kepadanya.
“Kakak kelas kalian, dia adik ku”
kata Miko-sensei. “Bisa dibilang begitu sih” katanya sambil tersenyum.
“Maksudnya?” tanya Reno sambil
minum obat.
“Entah sejak kapan kami jadi
akrab, dia sudah ku anggap adik ku sendiri” jelas Miko-sensei. Reno mengangguk
mengerti. “Sejak anak kelas 2-B itu ke ruang kesehatan beberapa waktu yang lalu,
tiba-tiba aku merindukannya” Kata Sensei.
“Shin?? Apa hubungannya?” tanya
Reno yang jadi antusias.
“Iya, dia juga pebasket. Tapi
tidak pede dengan tinggi badannya. Dia sering berkeluh kesah, katanya dia
selalu dihina temannya. Tapi ku bilang kalau dia memang memiliki kemampuan
tidak usah bersedih. Lucu. Karena Shin juga pebasket, aku jadi teringat
dengannya” cerita Miko-sensei.
“Kakak kelas ya?” tanya Reno
nampak berpikir.
“Iya, kalian tidak kenal sih, namanya
Iv” kata Miko-sensei. Reno nampak terkejut mendengar nama itu. “Tapi dia
meninggal beberapa tahun yang lalu, sebelum pertandingan pertamanya” kata
Miko-sensei dengan wajah sedih.
“Shin dalam bahaya!” kata Reno.
***
“Kok bisa ada di tempat Shin?!!!”
marah Ko-Ki sambil tersu berlari di belakang Ryoga.
“Gue tadi nitip ke dia pas ke
toilet!!!” kata Ryoga panik sambil terus berlari. Pas barusan masuk McD,
tiba-tiba Ryoga sadar kalau dia tidak membawa dompet dan dompetnya ada di
tempat Shin. Kebetulan uang Ko-Ki pas-pasan dan nggak bisa buat makan berdua.
Alhasil mereka lari kembali ke sekolah.
***
Aula basket.
“Tu kan.. Menurut gue, lu mending
masuk tim deh” Shin menyeka keringatnya, habis 1 on 1 sama Iv tanding basket.
Iv cengengesan sambil mendribble bola.
“Satu kali lagi, kalo lu bisa
rebut bola ini dari gue dan cetak angka, gue bakal masuk tim. Tapi kalo nggak,
gue ada permintaan dari lu” kata Iv.
“Permintaan?” tanya Shin. Belum
sempat dijawab, Iv sudah mendribble bolanya
menuju ring Shin, tidak ingin kalah, Shin mengejar Iv, dan berhasil merebut
bola! Dengan percaya diri Shin membawa bola menuju ring Iv, Shin lay up, tapi Iv berhasil menghalau bola.
Bola di Iv, Shin mengejar Iv sampai Iv berhenti di tengah lapangan dan melempar
bola dengan berani dari jarak itu dan…. bola masuk ke keranjang!! Shin menganga
seakan tidak percaya. Iv tersenyum.
“Sekarang, permintaan gue…” Iv
mengulurkan tangannya. Shin tanpa pikir panjang menyambut uluran tangan Iv dan
mereka bersalaman. “Gue… Pengen ketemu Miko” kata Iv.
“Hah?!!” bingung Shin.
***
“Shin!!” teriak Ryoga sampai di
aula saat melihat Shin berdiri sendirian di tengah lapangan. “Shin dompet gue…”
Ryoga nampak terkejut saat melihat Shin yang nampak diam.
“Shin?” tanya Ko-ki. Shin menoleh,
tapi tatapan matanya beda. Tanpa menghiraukan Ryoga dan Ko-Ki, Shin berjalan
meninggalkan mereka berdua.
“Iv!!!!!” teriakkan Reno menggema
di aula basket. Nampak terengah, Reno mengejutkan Ryoga, Ko-Ki dan ‘Shin’. Reno
mendekati ‘Shin’ dan memegang pundaknya. Ryoga dan Ko-Ki berlari kecil
mendekati mereka berdua.
“Ada apa ini?” panik Ryoga.
“Lu Iv kan?! Jawab gue!!” teriak
Reno. Ryoga dan Ko-Ki terkejut.
“Kalo iya, kenapa?” jawab ‘Shin’
dengan suara yang berbeda.
“Keluar lu dari badan Shin atau
gue usir lu dengan cara kasar!!” kata Reno sambil mengeluarkan kitab kecil dari
saku celananya. Iv yang telah merasuki badannya Shin menepis tangan reno sampai
kitab kecil itu lepas dari tangannya.
“Berisik lu!” marah Iv. Hampir ia
keluar aula, sampai akhirnya Miko-sensei muncul dan nampak terengah.
“Iv?” tanya Miko-sensei.
“Miko?” tanya Iv. Miko kemudian
berlari dan memeluk Shin yang telah dirasuki Iv. Reno, Ryoga dan Ko-Ki kemudian
mendekati mereka berdua.
“Ternyata selama ini kau di sini?”
tanya Miko-sensei terharu.
“Miko, sekarang aku adalah pemain
basket yang hebat” kata Iv.
“Iya” kata Miko-sensei. “Kau
memang pebasket hebat, sejak dulu” lanjutnya.
“Tapi aku tidak bisa ikut
pertandingan!” kesal Iv, kemudian meneteskan air mata. “Padahal aku sudah
berjanji” sambung Iv.
“Tidak apa-apa” kata Miko-sensei.
“Maafkan aku ya?” kata Iv
“Kamu nggak salah” kata
Miko-sensei.
“Aku senang ketemu Miko” kata Iv.
Miko-sensei nampak terkejut, Iv kemudian melepas pelukannya. “Katakan pada
Shin, terima kasih banyak” kata Iv pada Reno. Reno mengiyakan dengan ragu.
“Iv?” tanya Miko-sensei. ‘Shin’
nampak tersenyum.
“Terima kasih” kata Iv kemudian.
Tak lama kemudian, Shin nampak tersadar.
“Shin?” tanya Reno memastikan.
“Dompet lu Ga” kata Shin yang
telah kembali saat melihat Ryoga, saat berbalik, Shin tumbang, namun sempat
ditangkap oleh Reno.
“Shin!!” panik Ryoga dan Ko-Ki.
“Nggak apa-apa, dia Cuma capek”
kata Reno. Reno kemudian menerawang ke seluruh aula, melihat hal itu Ryoga dan
Ko-Ki ikut-ikutan memandangi seluruh sudut aula.
“Iv… sudah pergi” kata Reno.
Miko-sensei kemudian menyeka air matanya.
“Dia sudah benar-benar pergi”
kata Miko-sensei
***
“Jadi, ternyata Iv memang kakak
kelas kita, beberapa tahun di atas kita. Dia entah sejak kapan jadi akrab
dengan Miko-sensei. Meskipun Iv memiliki perasaan yang lebih pada Miko-sensei,
Miko-sensei hanya menganggap Iv sebagai adik laki-lakinya saja. Bagi Iv,
Miko-sensei adalah satu-satunya orang yang mempercayai kemampuan basketnya
sementara orang lain tidak dan bahkan banyak yang menghinanya karena badannya yang
tidak terlalu tinggi sebagai seorang pemain basket. Karena dukungan
Miko-sensei, akhirnya Iv masuk tim, tapi sebelum pertandingan pertamanya, Iv
malah mengalami kecelakaan dan tewas. Padahal Iv telah berjanji kalau dia akan
memenangkan pertandingan itu demi Miko-sensei” Jelas Reno panjang lebar. Shin,
Ryoga dan Ko-Ki terdiam.
“Terlepas dari dia adalah hantu,
Iv benar-benar jago basket” kata Shin kemudian. Yang lain mengangguk.
“Ternyata Miko-sensei suka
brondong ya?” kata RYoga. Satu geplakan keras dari Ko-Ki.
“Ngomong-ngomong, Reno, lu
beneran bisa ngusir hantu?” tanya Ko-Ki teringat dengan kitab kecil di aula
waktu itu.
“Enggak” kata Reno cengengesan. “Soal
kitab kemaren gue nemu di toko buku-buku bekas. Hahaha kenapa? Kagum? Kagum ya?”
tanya Reno cengengesan. Shin, Ryoga dan
Ko-Ki langsung bubar. “Oy! Jangan tinggalin gue!” kejar Reno.
-end-
thanks for reading
comment open.. ^ ^)/
alo...aku mau baca. ak save dulu yap x3
BalasHapus