Mungkin
gue akan memulai cerita dari mimpi-mimpi gue waktu itu aja. Dulu, ketika gue
harus ke luar kota, ke Banjarbaru maksud gue, baik itu mengunjungi kerabat atau
sekedar jalan-jalan, gue selalu berpikir, kota ini begitu asing, dan dalam setiap
pemikiran gue tentang sebuah kota yang asing, dari sudut pandang gue, itu
adalah suatu hal yang keren. Banjarbaru keren, itu pernah terlintas di pikiran
gue. Dan jika setiap kata adalah do’a, mungkin kita bisa bilang bahwa setiap
kata hati adalah harapan, gue pernah berharap “I want to live here someday”, and
here I’am now. Banjarbaru.
Kemudian
gue kuliah di sini dan gue tinggal di sebuah rumah kos-kosan sama kakak gue. Dan
rumah dengan empat kamar ini adalah inti cerita gue sekarang.
Pertama
gue masuk ke rumah ini, gue mesti tinggal satu kamar sama kakak gue karena pada
saat itu kamar penuh. Dari empat kamar, penghuninya ada 7 orang yang ada 3
kamar diisi dua orang (termasuk kakak gue dan gue). Tetapi gue berani
memutuskan untuk tinggal satu kos dan bahkan satu kamar pula sama kakak gue
karena katanya ada 3 orang penghuninya yang akan segera lulus dan meninggalkan
rumah. Setelah mereka lulus, rumah ini pun hanya ditinggali empat orang saja.
Gue, kakak gue, kak Yanti dan kak Yayan. Para senior yang lulus itu
meninggalkan 2 orang cewek malas, 1 orang cewek sibuk dan 1 orang cewek rajin.
Alhasil jadwal piket yang udah dibikin sedemikian rupa itu terabaikan. Sampai
akhirnya, Kak Yayan, si cewek rajin, memutuskan untuk keluar dari rumah, karena
kerabatnya meminta Kak Yayan untuk tinggal bersama. Dan sementara kak Yanti,
yang super sibuk, membikin rumah kos-kosan ini seolah menjadi rumah pribadi gue
dan kakak gue.
Hal
itu terus berjalan sampai kak Yanti benar-benar jarang banget ada di rumah
sampai kelulusannya beberapa waktu yang lalu. Dan rumah ini seolah-olah menjadi
milik kami berdua, gue dan kakak gue.
Ada
banyak orang yang masuk silih berganti. Tapi gue nggak ngerti kenapa mereka
nggak betah. Apa karena perlakuan gue dan kakak gue yang terlalu ribut dan males
beres-beres rumah (maklum, berasa rumah sendiri).
Dan
kami pun mencapai semester akhir, sekarang ini. Seorang anak baru datang dan
lebih betah dari penghuni-penghuni sebelumnya. Nisa namanya. Nggak mau kejadian
yang lalu berulang, dan gue ngerasa nggak enak sama Bu Parmin (Ibu Kos) karena
seolah pada nggak betah tinggal di kos ini, gue nggak mau itu terjadi pada
Nisa, gue mulai mengangkat kaki gue untuk bisa rajin, negrawat rumah ini.
Apalagi sejak tempat pembuangan akhir terdekat ditutup, gue yang pada dasarnya
ngurusin sampah dan ngerasa di-PHP sama bapak kos (Janjinya setiap minggu bakal
dibantuin sampahnya dibuangin ke TPA yang rada jauh dari kos), memutuskan untuk
membuang sampah2 itu di belakang kos, iya gue melakukan hal itu sendirian,
setiap minggu atau lebih dari itu karena malas, tapi selalu gue yang melakukan
hal itu, buang sampah, catet. Gue juga lebih rajin nyapu. Kalo ada waktu
senggang gue ngepel, gue sikat lantai WC, sikat bak mandi, sikat WC (beda ya
lantai WC sama WC). Gue mulai suka nyuci, gue beli pengharum yang dulu nggak
pernah gue pake waktu nyuci. Gue mulai menyetrika. Kecuali masak, gue melakukan
hal itu semua.
Hal
yang paling menyenangkan lainnya adalah ketika air PDAM mati sama sekali, nimbi
sumur yang air nya jernih banget. Dan gue mesti nimba dobel, buat gue dan buat
kakak gue.
Kenapa
gue nulis ini? karena sekarang, gue sudah meninggalkan
kos-kosan itu. Lulus? Bukan, tapi karena bokap gue sudah membangun rumah yang
Alhamdulillah sudah siap ditempati dan gue dan kakak gue harus pindah ke sana.
Sedih
sih, makanya gue nulis ini, soalnya banyak banget cerita nya di rumah itu salah
satunya adalah yang ku tulis di atas tadi. Dan yang lainnya adalah gue kehilangan kamar privasi gue, yang selalu gue kunci dan bisa gue teriakkin "jangan masuk!" pada saat gue pengen melakukan eksperimen2 entah itu poto narsis di kamar, costest atau bahkan menjahit. karena di rumah yang ini gue gak bebas! ada nenek gue lagi.. malu ah kalo ketauan ihihihi
Yaah tapi apa boleh buat, harus keluar kan> meskipun seandainya nggak pindah, tetap harus keluar kan?
Yaah tapi apa boleh buat, harus keluar kan> meskipun seandainya nggak pindah, tetap harus keluar kan?
mungkin
cuma itu yang pengen gue ceritain
thanks
dah baca <( ^__^)>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar